Dirampok Hingga Tewas di Depan Umum, Estu dan Ibunya Dicueki Warga
Makda Syariani boru Hutagalung (58) warga Jl Makmur, Helvetia, yang akhirnya tewas akibat dirampok sejumlah pemuda
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Medan / Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Makda Syariani boru Hutagalung (58) warga Jl Makmur, Helvetia, yang akhirnya tewas akibat dirampok sejumlah pemuda di Jl Gatot Subroto diketahui kehilangan tas yang berisikan benda berharga.
Hal itu disampaikan anak tertua korban bernama Kia (33). "Kebetulan di dalam tas yang dibawa ibu saya itu ada handphone, al kitab dan sejumlah uang. Tapi isinya tidak banyak," kata Kia, Selasa sore (26/5/2015).
Kia menjelaskan, dirinya pun ikhlas dengan kejadian ini. Namun, pihak keluarga sangat berharap pelakunya bisa segera ditangkap.
Adik Kia bernama Estu (28) yang turut menjadi korban saat kejadian tampak mengalami luka-luka. Sekujur kakinya terlihat membengkak lantaran sempat terseret di aspal.
Kia menjelaskan, diduga pelaku perampokan ada empat orang. Namun, ia tidak tahu persis bagaimana ciri-ciri pelaku.
"Menurut informasinya, pelakunya naik dua sepeda motor. Satu naik RX King, satu lagi naik Satria FU," katanya.
a mengatakan, yang tahu persis ciri-ciri pelakunya adalah Estu (28), adik keduanya yang sempat membonceng ibunya. "Menurut adik saya, pelakunya memang ada empat orang," kata Kia.
Sore itu, Estu terlihat berbaring di kamarnya. Matanya sembab, lantaran menahan duka setelah kepergian ibunya.
"Pelakunya itu badannya sedang. Rambutnya pendek," kata Estu.
Saat kejadian, sambung Estu, motor Honda Beat yang dikendarai korban berjalan lamban. Sebab, hal itu dilakukan berdasarkan permintaan sang ibu.
"Mamak bilang, pelan-pelan aja kita ya, Nak. Apalagi kami kan mengarah pulang ke rumah," tutur Estu.
Begitu tiba di Jl Gatot Subroto, persisnya di depan perumahan Tomang Elok, empat pelaku langsung memepet motornya. "Tas yang disandang mamak langsung ditarik. Disitu mamak langsung terjatuh," kata Estu.
Di tengah kepanikan, Estu sempat minta tolong. Namun, kata dia, sejumlah warga urung membantu lantaran takut jadi saksi.
"Kami terakhirnya ditolong sama bapak-bapak. Terus kami dibawa ke rumah sakit," tutur Estu. (ray/tribun-medan.com)