Potret Kemiskinan: Bantuan yang Ditunggu Nenek Fatimah Tak Kunjung Datang
Hidup serba kesulitan itu membuat Nek Fatimah tak bisa memperbaiki rumah yang diwariskan suaminya 25 tahun lalu.
Editor: Malvyandie Haryadi
“Saya pernah menjual beras Raskin dengan harga Rp 150.000 dan uang itu saya serahkan ke orang yang katanya bisa membuat proposal bantuan rumah dari pemerintah. Sampai sekarang bantuan itu tak pernah ada. Rumah itu entah berapa ratus kali sudah difoto katanya untuk diberi bantuan, tapi sampai hari ini kami masih hidup di bawah rumah ini,” ujarnya pilu.
Fatimah tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Nafasnya memburu menahan tangis yang seakan hendak meledak setiap saat.
Kepala Desa Paya Demam Sa, Abdul Wahab menyebutkan sebagai dia sudah mengusulkan permohonan bantuan rumah untuk warga miskin di desa itu termasuk untuk Fatimah. Namun, hingga kini rumah itu tak kunjung diperbaiki.
“Kami terus berusaha, semoga suatu hari warga miskin benar-benar mendapatkan bantuan dari pemerintah,” ujar Wahab.
Fatimah adalah contoh potret kemiskinan Aceh. Padahal provinsi di ujung Sumatera itu tahun lalu mengesahkan APBD sebesar Rp 13,3 triliun.
Jumlah angka yang besar untuk sebuah provinsi dengan "hanya" berpenduduk 5,3 juta jiwa.
Sayangnya, dengan uang sebesar itu hingga kini Fatimah dan banyak warga miskin Aceh tak mendapatkan keuntungan apapun.
Alhasil, Fatimah kini hanya bisa membayangkan dan terus berharap satu hari nanti, uang pemerintah mampir di desanya dan membuat dia bisa mendapatkan hunian yang layak. (Kompas.com/Masriadi)