Jatmiko Merinding dan Gemetar bila Ingat Tragedi Bom Bali 13 Tahun Lalu
Jatmiko Bambang S (45), mantan pegawai Bartender Sari Club, adalah satu di antara saksi mata peristiwa yang mengguncang dunia tersebut.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MANGUPURA - Tiga belas tahun yang lalu, tepatnya 12 Oktober 2002, Bali menangis.
Bom meledak mengguncang Kuta, Badung, Bali. Sebanyak 202 orang meninggal, 88 orang di antaranya warga Australia.
Inilah kisah yang masih terpatri di hati para saksi mata.
Jatmiko Bambang S (45), mantan pegawai Bartender Sari Club, adalah satu di antara saksi mata peristiwa yang mengguncang dunia tersebut.
Tatapan matanya kosong seusai mengambil kaos di Adopt-A-Co-Op Pemogan, Denpasar, Bali, Minggu (11/10/2015) petang.
Kepada Tribun Bali (Tribunnews.com Network), Jatmiko menceritakan kembali kenangan pahit yang menimpanya, tepat 13 tahun hari ini, tatkala bom Bali pertama merenggut nyawa 202 orang.
Dengan suara gemetar dan mata mulai memerah, Jatmiko mengisahkannya.
"Maaf suara saya kurang jelas. Saya masih merinding dan gemetar kalau mengingat-ingat bom itu meledak," ujarnya sembari mengacungkan jari jempolnya.
Saat naas itu terjadi, Jatmiko berada di dalam cafe yang terbuat dari bambu, kayu dan alang-alang.
Ia mendengar dengan jelas ledakan bom pertama di Padys Club-Kuta.
Hanya saja karena berada di dalam cafe dan tertutup dinding, ayah empat anak ini tak mengira ledakan itu adalah bom bunuh diri.
"Saya kira ledakan itu karena korsleting tower listrik. Terus saya meminta rekan saya mematikan listrik dan menggunakan genset," tutur Jatmiko.
Karena rekannya sudah melangkah keluar cafe dan hendak mematikan listrik PLN, Jatmiko pun ikut keluar.
Suasana berubah sunyi, gelap. Jatmiko pun bingung.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.