Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penambang Resah Pasir di Kali Progo Mulai Menipis

Penambangan pasir dengan mesin penyedot di Sungai Progo, hingga kini masih marak terjadi meski izin belum dimiliki.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Penambang Resah Pasir di Kali Progo Mulai Menipis
Tribun Jogja/Anas Apriyadi
Para penambang pasir dengan mesin penyedot masih beroperasi di Srandakan, Minggu (18/10/2015). 

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Penambangan pasir dengan mesin penyedot di Sungai Progo, hingga kini masih marak terjadi meski izin belum dimiliki.

Meski begitu, permasalahan izin bukan satu-satunya kesulitan para penambang. Masifnya penyedotan kini juga membuat jumlah pasir di tengah sungai mulai sulit mereka dapatkan.

Ketua Kelompok Penambang Progo, Gandung, mengungkapkan sejumlah titik yang dulu banyak dimanfaatkan penambang untuk mengambil pasir dengan penyedot seperti Mangiran, Siyangan, dan Trimurti kini sudah tidak bisa lagi dimanfaatkan.

Hal itu karena pasir di tengah kali mulai habis sehingga penambang terpaksa beralih menambang secara manual.

"Karena pasir di kedalaman tengah habis baru kedalaman lima meter ada batu dan penyedot kita tidak bisa ambil," ujarnya, Minggu (18/10/2015).

Sepanjang aliran Kali Progo memang selama ini menjadi sumber penghidupan ribuan warga penambang disebabkan sedimen pasir yang terkandung di dalamnya.

Para penambang menurutnya sudah berupaya menjaga lingkungan dengan menolak adanya aktivitas penambangan di Kali Progo dengan menggunakan alat berat atau eskavator.

Berita Rekomendasi

"Justru karena kita memakai mesin sedot bisa membantu pemerintah menormalisasi sungai," ujarnya.

Menurutnya, dengan mulai sulitnya pasir di Kali Progo, jumlah mesin penyedot juga berkurang, jika dulu ada sekitar 300 mesin, sekarang menjadi hanya skitar 100 buah saja.

Penambang yang beralih ke penambangan manual menurutnya hanya menggunakan alat-alat sederhana seperti sekop dan beroperasi hanya di pinggir-pinggir sungai.

Berkurangnya pasir dan jumlah mesin otomatis mengurangi pasokan pasir yang mereka kirim, menurutnya jika menggunakan mesin penyedot, dalam satu jalur per hari bisa menghasilkan lima atau enam rit, tergantung persediaan pasir yang dimiliki, namun dengan peralatan manual hanya tiga atau empat rit.

Meski harus beralih ke manual menurutnya, para penambang tetap akan beroperasi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

"Kalau berhenti menyedot ya bagaimana, penambang-penambang bisa banyak yang menganggur," katanya.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas