Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mukidin Sosok Sederhana Pelestari 22 Mata Air dari Gunung Telomoyo

Banyaknya lahan kritis dan kurangnya persediaan air bersih sempat dialami warga yang tinggal di lereng Gunung Telomoyo, Kecamatan Grabag, Magelang

Editor: Sugiyarto
zoom-in Mukidin Sosok Sederhana Pelestari 22 Mata Air dari Gunung Telomoyo
tribunjogja/agungismiyanto
Mukidin, salah satu warga yang meraih beragam penghargaan lingkungan hidup dan konservasi alam di tingkat nasional. 

Warga mulai menanam tanaman kayu keras yang diselingi dengan tanaman semusim atau tanaman lain.

Warga di sana juga akhirnya banyak menanam aren, mahoni, waru, sengon dan lainnya yang menurut Mukidin mampu menyimpan cadangan air yang banyak.

Atas prestasi itu pula dia mendapat beragam penghargaan seperti, Juara Penggerak Kehutanan juara II tahun 2006, juara Kalpataru Jateng Kategori Perintis Lingkungan tahun 2011,

Juara I nasional kader Konservasi Alam Tingkat Nasional tahun 2012, kemudian Juara II Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat tahun 2014, dan Juara I Program Kampung Iklim (Proklim) tingkat nasional tahun 2014.

“Setelah masyarakat melihat dampaknya bagi kelestarian alam mereka menjadi tertarik. Secara tidak sengaja timbul banyak mata air yang akhirnya dimanfaatkan bagi kepentingan warga sekitar".

"Dari sebelumnya 10 mata air, saat ini sudah ada 22 mata air yang menjadi tumpuan warga,” kata Mukidin yang kerap menjadi pembicara tingkat nasional dan regional ini.

22 mata air itu antara lain banyu tarung yang dimanfaatkan untuk air minum bagi empat desa dan lahan pertanian.

Berita Rekomendasi

Ngrembes yang dimanfaatkan untuk air minum, Ngampel (pertanian), Setapruk (pertanian), Ringin putih (air minum Desa Wates Losari),

Delik (air minum Desa Nawangsari), Kreo 1 (air minum Dusun Kepatran), Kreo 2 (air minum Dusun Kepatran), Kreo 3 (air minum), Baturan (pertanian), Puluhan (air minum Desa Kalipucang), Situk (air minum).

Kedua belas mata air ini berada di Dusun Ngrancah, Desa Ngrancah.

Sementara itu, 12 mata air lainnya berada di Dusun Pucung dan Dusun Tuk Bugel, Desa Ngrancah, yang dimanfaatkan untuk air minum dan pertanian.

Bahkan, ada yang dimanfaatkan untuk mata air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

“Mata air ini tetap mengalir di musim kemarau secara konstan, karena kami benar-benar berupaya menghijaukan alam dan tidak hanya mengambil manfaat dari alam,” katanya. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas