Namanya Melegenda! Bahkan Peneliti Kopi Dunia Belajar pada Petani Aceh Ini
Mahasiswa Taiwan, peneliti kopi dari Australia, Qatar, Jepang, Amerika, India dan sejumlah negara Eropa belajar pada Zaini.
Editor: Robertus Rimawan
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Fikar W Eda
"Kopi adalah tanaman keras yang sangat manja. Layaknya manusia, tanaman kopi harus dirawat dengan sepenuh jiwa,"
KALIMAT itulah yang disampaikan seorang petani kopi, Zaini. Ibarat baru menikah Zaini selalu memanjakan tanaman kopi seperti layaknya belahan jiwanya. Istri yang harus dikasihi sepenuh hati.
Kebun kopi miliknya menghampar di ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Luasnya enam hektar.
Terletak di Desa Merah Mege, Kecamatan Atu Lintang, Kabupaten Aceh Tengah. Lebih kurang 30 Km dari Takengon, ibukota kabupaten.
Kebun Zaini memang berbeda, dan ini menunjukkan bagaimana sosok dan pribadi Zaini benar-benar penuh ketulusan untuk merawat kebun kopi miliknya.
Tampilan kebun itu, tampak berbeda dibanding kebun kopi lain di kawasan tersebut, berbanjar teratur, berpangkas rapi.
Jarak tanam antarpohon 2,7 meter persegi. Lahan bersih, dan tentu saja asiri.
Menurutnya merawat kopi adalah merawat kehidupan. Merawat dengan penuh kasih sayang. Zaini kembali mengibaratkan kopi 'sosok' butuh sentuhan cinta.
"Dengan cara seperti itu, tanaman kopi akan memberikan hasil terbaik," katanya lagi.
Kopi dari kebun Zaini memang istimewa. Dalam Festival Kopi Arabica di Bali pada 2010, kopi Zaini juara pertama.
Sejak itu para tamu asing mulai bertandang ke kebun Zaini.
Zaini memproduksi kopi specialty dan bubuk kopi merek "'Wan Geldok Coffee' serta "'Rasaco.'
Kebun kopi milik Zaini juga meraih anugerah 'perawatan kopi terbaik' se Aceh Tengah, penghargaan 'petani prestasi' dari Kementerian Pertanian serta penghargaan petani pelopor dari Bappeda Aceh.