Namanya Melegenda! Bahkan Peneliti Kopi Dunia Belajar pada Petani Aceh Ini
Mahasiswa Taiwan, peneliti kopi dari Australia, Qatar, Jepang, Amerika, India dan sejumlah negara Eropa belajar pada Zaini.
Editor: Robertus Rimawan
Ia juga memperoleh penghargaan penyuluh pertanian dari Kementerian Pertanian dan Perkebunan, pada perayaan 70 Indonesia di Jakarta.
Kepala Bagian Produksi Kopi Dinas Perkebunan Aceh Tengah, Ir Sulwan Amri menilai Zaini sebagai petani futuristik. Potret petani kopi Gayo masa depan yang sukses.
"Di Aceh Tengah hanya Pak Zaini yang menyediakan kebunnya sebagai pusat pelatihan budidaya kopi yang terbuka kepada publik," komentar Sulwan Amri, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala angkatan 1984.
Sebuah rumah berdinding kayu, beratap seng, dibangun di tengah kebun. Itu adalah rumah yang dihuni Zaini bersama kelurga. Istrinya, Rauda, bekerja sebagai bidan desa. Keluarga ini dikaruniai tiga anak yang beranjak dewasa.
Tak jauh dari rumah induk terdapat bangunan ukuran sedang, berisi beberapa peralatan prosesing kopi, dan sebuah balai pertemuan dengan dinding yang terbuka.
Sebuah kamar berada di pojok balai. Kamar ini sering digunakan sejumlah tamu asing yang bermalam di sana.
Zaini menyediakan peralatan tidur sederhana. Kalau tamu yang menginap ramai, Zaini mempersilakan memanfaatkan ruang balai pertemuan sebagai tempat bermalam.
Bangunan balai pertemuan--juga terbuat dari papan, dikombinasikan dengan kolam ikan di bagian bawah.
Bangunan ini juga dilengkapi fasilitas mandi cuci kakus atau MCK yang bersih.
Tapi kolam itu belum ada ikannya. Pejabat kabupaten yang pernah bertandang ke sana, menjanjikan benih ikan. Berbulan-bulan setelah kunjungan itu, benih tak juga datang.
Pada salah satu dinding balai, terbentang puisi panjang, berhiasan ilustrasi wajah Zaini. Puisi itu ditulis sendiri oleh Zaini.
Berisi gugatan dan keprihatinan nasib petani kopi Gayo yang miskin. Tak sepadan dengan gemerlap dolar yang dihasilkan minuman kopi di kafe-kafe pencakar langit.
Fasilitas MCK tambahan juga sedang dibangun sederhana. Itu untuk persiapan kedatangan 15 mahasiswa dari sebuah universitas di Taiwan.
"Mereka akan menginap beberapa hari. Makanya kita siapkan MCK-nya. Walau sederhana tapi bersih dan sehat," kata Zaini tentang pengerjaan pembangunan MCK tersebut.