60 General Manager Maskapai Indonesia Kunjungi Sulut
"Kera terkecil di dunia ini hanya ada di sini," kata Gubernur Sulut.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Manado, Alexander Pattyranie
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Sekitar 60 general manager (GM) maskapai di Indonesia, berkunjung ke tanah Nyiur Melambai, Sulawesi Utara.
Mereka disambut hangat oleh Penjabat Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Soni Sumarsono di VIP Bandara Sam Ratulangi Manado, Provinsi Sulut, Sabtu (31/10/2015).
"Terkait dengan kunjungan para GM maskapai ini, saya sedang galakkan untuk Sulut 2016, Mari Jo Ka Manado," ujar Sumarsono dalam sambutannya kemudian menunjuk baliho putih bergambar Tarsius di samping kiri belakangnya.
"Kera terkecil di dunia ini hanya ada di sini," ungkapnya.
Pada pertemuan itu, ia sekaligus meluncurkan program "Mari Jo ke Manado" dengan tujuan Bandara Sam Ratulangi Manado menjadi entry point.
"Jadi semua penerbangan transit ke sini dulu," sambung Sumarsono.
Beberapa saat kemudian, Kepala Biro SDA Setdaprov Sulut Dr Frangky Manumpil mempresentasikan keunggulan wisata yang ada di Sulut.
Mulai dari jenis-jenis hewan endemik Sulut seperti tarsius, burung maleo, kemudian beberapa destinasi wisata seperti Danau Linau, Air Terjun Pinaras, Taman Laut Bunaken, hingga tarian dan tradisi budaya Minahasa.
Usai mendapat informasi wisata di Sulut, giliran GM Maskapai memberikan sambutan.
Adalah Adji CEO PT JAS Tbk mewakili para GM maskapai lainnya, mengatakan Sulut merupakan tempat ke tiga setelah mengunjungi Sumatera dan Bromo.
"Beberapa dari kami punya hubungan bahkan loyal dengan Minahasa," tutur Adji sembari memperkenalkan beberapa rekannya tersebut.
"Target kami dua malam, tapi mungkin bisa menjadi dua pekan di sini Pak (Gubernur), karena hanya makanan enak dan sangat enak di sini," kata dia memecah suasana.
Seusai itu, mereka diundang untuk membubuhkan tanda tangan pada papan putih bergambar tarsius tadi.
Nantinya, baliho itu akan dipajang di Bandara Sam Ratulangi Manado dan juga rencananya akan ada ornamen-ornamen budaya Minahasa yang bisa tertanam dalam ingatan pengunjung yang datang dari luar daerah. (*)