Yayat Tekuni Daur Ulang Sampah, Usaha Anti Mainstream dan Ramah Lingkungan
Disaat banyak orang merasa jijik dan kotor, Yayat, panggilannya justru melihat peluang besar dari komoditas sampah.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Novi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK- Nadhariyat, pemuda kelahiran Pontianak 25 tahun silam ini mengaku tertarik menggeluti usaha daur ulang sampah sebab jenis usaha ini ia anggap anti mainstream.
Disaat banyak orang merasa jijik dan kotor, Yayat, panggilannya justru melihat peluang besar dari komoditas sampah.
“Berdasarkan referensi yang ada, sampah plastik di Kalbar pada umumnya bisa mencapai 350 ton perbulan, angka yang besar dan belum banyak yang menggeluti usaha dibidang ini,”kata Yayat Kepada Tribunpontianak.co.id Senin (16/11/2015).
Yayat menuturkan kurang lebih sudah setahun ia concern diusaha daur ulang, ia menganggap usaha ini sangat erat kaitannya dengan lingkungan.
Jika tidak dimanfaatkan atau didaur ulang, sampah plastik akan menjadi momok bagi lingkungan sebab sulit terurai.
“Itukan menyebabkan kerusakan lingkungan, fatal kalau tidak dimanfaatkan,”kata Yayat.
Pemilik Borneo Green Development ini menuturkan tidak malu memiliki usaha yang dekat dengan sampah, meski acapkali menjadi ledekan teman-temannya.
”Ada yang bilang Yayat sampah, yang penting tidak menjadi sampah masyarakat kan,”katanya
Justru gurauan ini membuat Yayat termotivasi, dalam sehari 2,5 ton sampah didaur ulang ditempat daur ulang miliknya.”Karena keterbatasan alat, mampunya hanya 2,5 ton.”katanya.
Sampah-sampah yang dikumpulkan kemudian dipilah, dicacah dan kemudian didaur ulang guna membuat pellet plastik.
”Untuk ini saya bermitra dengan Koperasi serta Limbahagia, Pellet plastik ini diekspor keluar,”katanya
Yayat juga sedang berusaha melebarkan pemanfaatan sampah, ia kini sedang mengikuti ajang yang diselenggarakan oleh United Nation Environment Program yang berlangsung di Korea Selatan.
”Semoga meraih hasil yang terbaik,”harap Yayat.
Dalam ajang ini Yayat memproduksi biodiesel hasil campuran sampah plastik yang telah diolah dengan CPO Kelapa Sawit.
Saat ini Yayat baru memproduksi Biodiesel dalam tahap prototipe.
”Kalau untuk skala produksi besar, kita juga masih tergantung peran pemerintah dalam mensuport usaha ini, biodieselnya juga sudah kami uji coba ke mesin berbahan bakar solar, hasilnya bagus, malah lebih tinggi kadar flash pointnya setara dengan high speed diesel yang dijual Pertamina untuk Industri,” kata Yayat.
Yayat menambahkan ia juga bekerjasama dengan pemuda pontianak lainnya yang berkecimpung didalam pengelolaan sampah di Kota Pontianak.
”Saya juga bekerjasama dengan Limbahagia yang membuat aplikasi tentang sampah.”katanya.(nop)