Warga Karang Pilang Terbiasa Hilang Pakaian karena Terbawa Banjir
"Seperti tinggal di tengah sungai jika banjir. Bak, panci, hilang semua. Sofa juga hanyut kemarin," cerita Sri, ibu yang tinggal di Karang Pilang.
Penulis: Monica Felicitas
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Monica Felicitas
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sudah lama hujan reda, tapi banjir belum surut di sejumlah wilayah di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/2/2016).
Di Karang Pilang, Surabaya, sampai siang tadi genangan air masih setinggi 60 sentimeter. Beberapa anak asyik menikmati genangan air berwarna cokelat di depan rumah mereka.
Kawasan rumah warga hanya berjarak satu meter dari bibir Sungai Brantas. Antara sungai dan perumahan warga tak ada sekat pembatas.
Warga setempat sudah terbiasa rumahnya menerima limpahan air Sungai Brantas usai hujan reda. Perabotan mereka hilang terbawa arus sungai sering terjadi.
"Seperti tinggal di tengah sungai jika banjir. Bak, panci, hilang semua. Sofa juga hanyut kemarin," cerita Sri, ibu satu anak yang tinggal di Karang Pilang kepada Surya.
Pengalaman soal banjir dialami berbeda Tuminah (77). Semalam tidurnya tak nyenyar karena khawatir hujan deras dan limpahan air sungai menghanyutkan pakaiannya. Pakaian dan peralatan dapur nenek tiga cicit ini hanyut karena banjir besar sebelumnya.
Beberapa waktu lalu perwakilan Pemerintah Kota Surabaya singgah ke balai desa, tapi warga tedampak banjir hanya menerima nasi bungkus sementara tak semuanya mendapat jatah.
"Kemarin ada nasi bungkus tapi ya begitu, nama saya tidak ada. Jadi saya tidak dapat padahal saya warga sini," keluh Sri sambil menggendong anaknya yang masih berumur sebulan.
Beberapa hari lalu anak Sri baru keluar rumah sakit akibat diare karena tak berangsur membaik. "Ini baru keluar dari rumah sakit, diare lagi. Saya repot," kata Sri.
Mereka mengharapkan bantuan Pemerintah Kota Surabaya karena daerah mereka merupakan daerah rawan banjir. Ia tak berharap menerima nasi bungkus.
"Jangan nasi bungkus. Kalau bisa ya sembako atau alat rumah tangga. Semuanya hanyut, tapi pembagiannya harus merata," pinta Sri yang tak ingin meninggalkan rumah bagaimana pun kondisinya.