Nenek Paini Setiap Hari Makan Nasi Basi yang Dikeringkan Pemberian Tetangga
Hampir setiap hari nenek malang ini makan nasi basi yang dikeringkan atau nasi aking pemberian para tetangga.
Editor: Johnson Simanjuntak
Di situlah, Mbok Paini duduk, berbaring dan tidur.
Jika malam tiba, bola lampu dengan aliran listrik menyala, guna memberikan penerangan di gubuk Mbok Paini.
Itu juga karena belas kasihan tetangga yang tidak tega melihat gubuk Paini gelap gulita manakala malam tiba.
Mbok Paini menjelaskan, saat hujan deras turun, dia hanya pasrah dan duduk di ranjang bambu.
Itu karena dirinya khawatir gubuknya roboh. Itu pula sebab, dia meletakkan ranjang bambunya tak jauh dari pintu depan gubuknya.
“Ini untuk berjaga-jaga kalau ada tanda-tanda mau roboh, saya bisa langsung berlari keluar rumah. Kalau hujan turun saya memang tidak berani tidur, takut rumahnya roboh, apalagi di sini banyak yang bocor,” keluh Mbok Paini.
Di teras gubuknya, setumpuk genting yang dia tata menjadi dapur berbahan bakar kayu. Itu merupakan tempat dia memasak dan merebus air.
Sedangkan untuk mandi ataupun buang hajat, serta mencuci, Paini numpang di sumur milik tetangga.
Mbok Paini sebenarnya memiliki seorang anak, hasil pernikahannya dengan sang suami yang sudah lama meninggal.
Anak semata wayangnya yang berprofesi sebagai abang becak itu kini tinggal di Dusun sebelah bersama anak istrinya.
Kondisinya yang juga serba kekurangan membuat anaknya juga tidak mampu berbuat banyak terhadap Paini, ibunya.
"Setiap bulan saya diberi anak saya uang Rp 20.000. Tapi mana cukup untuk biaya hidup sebulan,” ungkap Paini, getir.
Ketua RT setempat, Gatot Sularko, menuturkan, Mbok Paini sebenarnya pernah diajak anaknya tinggal di rumahnya, tapi dia tidak kerasan dan memilih kembali ke gubuknya ini.
Gatot berharap, ada perhatian dari pemerintah daerah kepada Mbok Paini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.