Penggunakan Pukat Trawl Memancing Pembakaran Kapal Nelayan di Sumut
"Jika kami bertemu mereka di laut, misalnya mereka sendirian, maka mereka yang habis. Begitu juga sebaliknya," ujar seorang nelayan tradisional.
Penulis: Array Anarcho
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Medan, Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Kordinator Serikat Nelayan Asahan, Abdul Latif Sitorus, mengatakan selama pengusaha kapal menggunakan trawl, maka konflik antarnelayan terus terjadi.
Pria yang akrab disapa Sangkot ini menambahkan, seminggu belakangan ini antara nelayan tradisional dengan nelayan yang menggunakan pukat trawl kerap terlibat adu fisik.
"Pukat trawl ini memancing konflik berkepanjangan, seperti yang selama ini terjadi. Jika kami bertemu mereka di laut, misalnya mereka sendirian, maka mereka yang habis. Begitu juga sebaliknya," kata Sangkot di sela orasi di depan kantor Gubernur Sumut, Kota Medan, Kamis (14/4/2016).
Ia menjelaskan penggunaan pukat trawl juga memancing pembakaran-pembakaran kapal. Bahkan, antar nelayan saling serang satu sama lain.
"Inilah kenapa kami harus turun ke jalan menyuarakan aspirasi kami. Kalau pukat trawl ini terus digunakan untuk mencari ikan, eko sistem laut akan hancur. Ikan akan punah karena tak adalagi terumbu karang yang selamat akibat pukat trawl ini," ujar dia
Ia menuntut pengawasan di laut semakin ditingkatkan. Petugas juga jangan menerima suap dari cukong-cokung nakal yang menggunakan pukat trawl.
"Sampai kapan pun akan tetap kami perjuangkan ini. Ini demi masa depan anak-anak kami dan keberlangsungan hidup nelayan," kata dia.