Kisah Mbah Dirman, Kakek dengan Ekonomi Pas-pasan yang Gemar Menyumbang untuk Warga Mapan
Meski dalam kondisi ekonomi tak terlalu mapan, ia rela berbagi dan bersedekah kepada orang-orang sekitar.
Editor: Hasanudin Aco
Ia menanam dan merawat pohon sendirian.
"Sakniki air mpun katah (Sekarang air sudah banyak), di sini dapat ditanami," ucap dia.
Selain itu, mulai dari menanam hingga saat ini, tidak ada pohon yang dimanfaatkannya untuk keperluan pribadi.
Semua kerja puluhan tahun itu dihibahkan kepada masyarakat agar suplai air untuk kepentingan publik bisa terpenuhi.
"Sudah banyak sekali. Saya ndak berani jual," kata suami dari Wagiyem ini.
Mbah Diman pun saat tengah pekan lalu hadir untuk menyampaikan permintaannya saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) eks Karesidenan Surakarta di Kabupaten Wonogiri.
Ia mengusulkan kepada pemerintah untuk menyediakan telaga buatan agar bisa menampung air secara lebih lama. Dengan air, ladang pertanian warga yang biasanya tandus bisa hidup.
"Saya mintanya embung (telaga buatan-red), lalu bibit (pohon). Mpun (sudah) dua itu, nanti kalau banyak-banyak malah enggak terkabul," ujar pria yang menerima penghargaan Kick Andy Heroes 2016 itu.
Mendapat penghargaan tak lantas membuat Mbah Diman jemawa. Dia menerima penghargaan itu sebagai hal biasa.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang saat di musrenbang juga sempat meminta Mbah Diman melantunkan sebuah tembang tentang kelestarian alam.
Mbah Diman pun menyanyikan tembang itu dengan lantunan bahasa Jawa yang halus nan menyayat hati.
"Judulnya ini, orang miskin membantu orang kaya. Ini sumber panguripan (penghidupan)," kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.