Tewas Kesetrum Saat Main Layang-layang, Keluarga Ikhlaskan Kepergian Fikri
Saudara kandung korban, Fani (34) mengatakan, kejadian yang menimpa adik bungsunya ini, sudah diikhlaskan pihak keluarga.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Saudara kandung korban, Fani (34) mengatakan, kejadian yang menimpa adik bungsunya ini, sudah diikhlaskan pihak keluarga.
Namun, ia berharap, Pemerintah Kota Pontianak, dapat mengambil langkah terbaik, agar kasus serupa tak terulang kembali.
"Kedepannya semoga ndak ada lagi korban-korban yang lain, cukuplah adik saya ini yang terakhir, mudah-mudahan ndak ada lagi," ujarnya saat ditemui di kediamannya di Gang Lanjut No 25, Jl Merdeka, Pontianak Kota, Selasa (14/6/2016) malam.
Menurutnya, warga masyarakat kini sama-sama telah mengetahui akan bahayanya bermain layang-layang.
Tidak hanya bahaya dalam penggunaan tali kawat saja, namun juga terkadang, tali biasa layang-layang saja, jika melintang di jalan, juga dapat membahayakan pengendara.
Fani menegaskan, pihak keluarga juga tidak dapat menyalahkan warga yang bermain layang-layang.
Namun, paling tidak pihaknya berharap, jika masyarakat ingin bermain, agar tidak bermain di pusat kota, yang padat lalulintas kendaraan dan pemukiman.
"Walau kita sama tahu, persediaan lahan terbuka bermain kita memang sudah berkurang, tetapi setidaknya bisa sebagai bahan untuk Pemerintah Kota Pontianak, paling tidak bisa memikirkanlah ke depan, ada suatu kebijakan yang baik, untuk mengatur masyarakat yang ingin bermain layang-layang," tegasnya.
Perhatian serius pemerintah kota, menurutnya sudah sangat diperlukan. Karena selama ini, masih terlihat aktifitas bermain layang-layang di pusat kota.
Namun, sama sekali tak terlihat perhatian pemerintah kota untuk merazia, terutama di wilayah yang padat lalulintas kendaraan.
"Dan yang bermain di tengah (pusat) kota ditertibkan, itu haruslah. Kan sering kita baca peringatan hindari bermain layang-layang dengan tali kawat, ya ndak mesti tali kawat juga, karena tali layang yang putus di tengah jalan itu juga bisa membahayakan, terutama pengendara di jalan, kami harap ada actionlah dari pemerintah," sambung Fani.
Sebelumnya diberitakan, seorang anak usia 12 tahun, Fikri As Saiydah tewas kesetrum listrik, setelah memegang tali layang-layang yang dikejarnya di Gang Belibis, Jl Merdeka, Pontianak Kota, Selasa (14/6/2016) sekitar pukul 16.30 WIB.
Pantauan tribunpontianak.co.id, sanak keluarga dan kerabat dekat, tampak berurai air mata saat jenasah anak bungsu dari tujuh bersaudara tersebut tiba di rumah.
Ibu korban, Maryani terlihat syok, berkali-kali ia menatap wajah anaknya. Ia memeluk dan menciumnya putra bungsunya tersebut. Sejumlah kerabat, dan anak sulungnya, Fani (34) tampak berupaya menenangkan Maryani.
Saat ini, rumah duka masih terus didatangi keluarga, warga dan kaum kerabat yang baru bisa berta'jiah, oleh karena hujan deras yang sebelumnya turun baru saja reda.