Ayah Bayi Penderita Hydrocephalus Minta Presiden Jokowi Bantu Kesembuhan Putranya
Ayah bayi, Simon Sina bekerja di bagunan yang yang hanya memperoleh penghasilan Rp 90 ribu per hari
Editor: Eko Sutriyanto
Pasangan suami istri itu pada bulan Oktober tahun 2014 dari Maumere Nusa Tenggara Timur merantau mengadu nasib ke Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.
Di Tanjung Redeb, ibukota Kabupaten Berau, Simon mulai mendapat pekerjaan sebagai kuli bangunan sistem harian. Berjalannya waktu, lahirlah Fransiskus.
Sebulan pertama, Fransiskus mendapat perawatan intensif di RSUD Abdul Rifai atas pembesaran kepala atau biasa disebut penyakit hydrocephalus.
Setiap hari, orangtuanya harus membayar uang perawatan ke rumah sakit sebanyak Rp 100 ribu.
"Sudah lebih sepuluh juta yang habis. Mau dapat uang dari mana lagi. Saya hanya kerja kuli bangunan," tutur sang ayah.
Ia bersama istrinya memutuskan keluar dari rumah sakit lantaran sudah kehabisan biaya.
Tujuannya adalah rumah kos mereka wilayah di Kampung Ambon, Tanjung Redeb.
"Saya masih tetap kerja bangunan. Ibunya yang jaga Fransiskus di rumah. Per hari saya bisa dapat Rp 90 ribu," katanya.
Pekerjaan yang makin sepi, menuntut Simon dan Patricia pindah ke Bulungan, Kalimantan Utara.
Tepatnya ia tinggal di Desa Sajau Kecamatan Tanjung Palas Timur.
"Saya baru 4 bulan di sini. Kebetulan adalah teman-teman dari NTT juga di Sajau," sebutnya.
Upah pekerjaan barunya sebagai buruh pertanian kelapa sawit belum cukup untuk membiayai pengobatan Fransiskus.
"Saya ingat kata dokter di Berau, biayanya mahal sekali kalau mau operasi. Itu pun hanya bisa di Samarinda," ujarnya.
Sampai saat ini, Simon dan Patricia masih memerlukan uluran tangan para dermawan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.