Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

MUI Jatim Minta Aktivitas Pedepokan Dimas Kanjeng Distop, Masyarakat Jangan Percaya Tipuanya

Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori belum memberikan keputusan atau fatwa terkait indikasi aliran sesat dalam ajaran Dimas Kanjeng

Editor: Sugiyarto
zoom-in MUI Jatim Minta Aktivitas Pedepokan Dimas Kanjeng Distop, Masyarakat Jangan Percaya Tipuanya
Capture Youtube
Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Probolinggo menyatakan ajaran padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi adalah sesat. Kini, sikap serupa ditunjukkan MUI Provinsi Jawa Timur. Temuan MUI berkembang dengan temuan Shalawat Fulus atau bacaan sholawat untuk kelancaran menggandakan uang. Temuan Shalawat Fulus yang diajarkan di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi membuat MUI Provinsi Jawa Timur menggelar koordinasi dengan MUI Kabupaten Probolinggo. Koordinasi ini melibatkan unsur kejaksaan dan kepolisian resor Probolinggo untuk mengkaji dugaan penyimpangan dalam ajaran di padepokan Dimas Kanjeng. 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH Abdusshomad Buchori belum memberikan keputusan atau fatwa terkait indikasi aliran sesat dalam ajaran Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

"Kami masih mengumpulkan data-data. Beberapa laporan sudah kami kantongi, termasuk meninjau langsung padepokan ini," katanya usai keliling Padepokan Dimas kanjeng di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Rabu (28/9).

Kendati demikian, KH Abdusshomad meminta sudah tidak ada aktivitas di padepokan, apalagi yang sifatnya meresahkan masyarakat. Ia juga meminta masyarakat untuk pulang dan tidak mempercayai tipuan Taat Pribadi yang mengklaim bisa menggandakan uang.

"Saya harap padepokan ini sudah tidak digunakan untuk aktivitas lagi. Kecuali untuk masjid dan itupun kepentingannya hanya untuk salat," terangnya.

Ia pun juga meminta untuk tidak menyebut Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini dengan karomah.

Alasannya mendasar, karena sebutan karomah itu hanya untuk Wali Allah bukan untuk orang sembarangan apalagi Taat Pribadi.

"Oh ya, jangan sebut pengikut Dimas Kanjeng itu santri. Sebab, santri hanya untuk pondok pesantren dan ini bukan pondok melainkan padepokan," imbuhnya.

BERITA REKOMENDASI

Dia mengatakan, setelah ini, pihaknya akan rapat ulang untuk memutuskan hasil laporan dan temuan di lapangan.

Sebelum fatwa dikeluarkan, pihaknya akan meminta pendapat dari MUI pusat untuk ikut dalam hal ini.

"Semoga hasilnya cepat keluar dalam jangka waktu dekat ini. Kami juga akan segera rapat sepulang dari padepokan ini," jelasnya.

Ia juga mengatakan, sejauh ini, pihaknya menduga ada indikasi pengajian, masjid, dan sebagainya itu hanya sebagai media mencari keuntungan.

"Yang jelas kami ada 10 item untuk menentukan sebuah ajaran itu sesat atau tidak sesuai dengan yang disepakati sejak 2007. Ada satu yang menyimpang dari 10 item ini, maka pihaknya bisa mengeluarkan bahwa ajaran itu sesat," katanya.

Geram tulisan karomah

Rombongan MUI Jatim, tokoh agama Probolinggo, kepolisian, dan kejaksaan ketika tiba di Padepokan Dimas Kanjeng Rabu sore langsung berkeliling.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas