Aiptu Khamim Tak Malu Jualan Bumbu Dapur, Ketimbang Mencari Pungli
Setelah Bripka Seladi, kini muncul Aiptu M Khamim. Ia sudah 15 tahun berjualan bumbu dapur eceran asalkan halal dan mendatangkan berkah.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Sutono
SURYA.CO.ID, JOMBANG – Polisi teladan semisal Bripka Seladi yang menghebohkan dunia maya karena menyambi jadi pemulung, ternyata juga ada di Jombang.
Bedanya, Bripka Seladi nyambi menjadi pemulung, sosok polisi di Jombang ini bekerja sampingan menjual bumbu dapur instan.
Aiptu M Khamim (45) namanya. Saat ini ia bertugas di Polsek Wonosalam, Polres Jombang. Setiap harinya ia keliling memasok ratusan ‘sachet’ bumbu dapur instan ke sejumlah pasar di Jombang selama 15 tahun.
Ditemui di Pasar Peterongan Jombang, Aiptu Khamim berkisah, sengaja memilih kerja sampingan sebagai penjual bumbu sekitar 15 tahun silam saat ingin memiliki rumah untuk keluarga kecilnya.
“Padahal gaji saya saat itu hanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Saat itulah saya mulai mencari penghasilan tambahan untuk bisa membangun rumah impian kami. Dan akhirnya saya pilih menjajakan bumbu dapur," kisah lelaki kekar ini kepada Surya, Rabu (26/10/2016).
Awalnya, ia kesusahan memasarkan bumbu dapur instan yang dia ambil dari perusahaan pembuat bumbu instan di Sidoarjo. Saat itu masyarakat belum akrab dengan bumbu instan.
Ia tak patah semangat. Dengan motor miliknya, dia berpanas-panas menawarkan bumbu dapur instannya ke pedagang di pasar-pasar atau warga di pemukiman.
“Itu saya lakukan sebelum bertugas maupun sesudah lepas dinas,” kisah Khamim,
Padahal jarak tempat tinggalnya dengan tempatnya bertugas cukup jauh, yakni dari Kabupaten Sidoarjo menuju Kabupaten Jombang, atau sekitar 35 kilometer.
Kini setelah perjuangan selama 15 tahun, pelanggannya cukup banyak, baik pedagang di pasar maupun rumah tangga.
“Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 03.00 WIB dan sampai di pasar-pasar sekitar pukul 05.00 WIB. Salat Subuh saya lakukan di masjid yang saya lalui. Itu saya lakukan agar tidak mengganggu dinas saya sebagai polisi," papar dia.
Dengan profesi sampingannya menjual bumbu instan, teman-teman sesama polisi memberi predikat sebagai ‘polisi bumbu’.
“Tapi saya tidak pernah memasalahkan. Teman-teman di kantor semua memahami kondisi saya,” terang ayah dua anak ini.
Kini omzetnya cukup lumayan, minimal dua kuintal bumbu setiap hari dia pasok dan habis terjual di sejumlah pasar dan rumah tangga.
“Jadi setiap hari dengan motor ini saya mengangkut dua kuintal bumbu dari Sidoarjo ke sejumlah pasar di Jombang,” tutur Khamim.
Khamim hanya mengambil untung Rp 200 per sachet bumbu dapur instan. Jualannya tak laku jika mengambil untung terlalu tinggiu. Apalagi pelanggannya adalah pedagang bumbu yang hendak menjual kembali ke pembeli.
Keuntungan Rp 200 per ‘sachet’ itu tak pernah dianggap kecil oleh Khamim. Ia menilai pekerjaannya ini mulia dan membawa berkah bagi dirinya, keluarga dan orang lain.
“Pekerjaan sampingan ini lebih mulia daripada merugikan orang lain, seperti melakukan pungli misalnya. Bapak Kapolres juga sudah tahu profesi sampingan saya ini. Insya Allah saya akan tetap menjalankan pekerjaan ini sepanjang tidak mengganggu waktu dinas," tegas lelaki berkumis ini.