Kesaksian Si Tante Sebelum Intan Olivia Terkena Bom
Di medan, suasana duka menyelimuti keluarga Intan Olivia Banjarnahon (2,5), bocah korban bom yang melanda sebuah gereja di Samarinda.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Di Medan, suasana duka menyelimuti keluarga Intan Olivia Banjarnahon (2,5), bocah korban bom yang melanda sebuah gereja di Samarinda, Minggu (13/11/2016).
Agustini Banjarnahor (26), bibi korban, tak berhenti menangis. Airmatanya terus menetes membasahi pipinya.
Ia tak menyangka keponakannya itu meninggal di usia yang masih sangat belia karena serangan bom.
Mendengar kabar bom di Samarinda, Agustini langsung menghubungi abangnya, ayahanda Intan, via telepon. Namun, tak diangkat. Berkali-kali kirim pesan singkat juga tak direspon.
Ia kembali menghubungi keluarga di Samarinda setelah Intan menjalani operasi. Kali ini ia mendapat respon.
"Keluarga bilang, Intan masih kuat. Operasinya lancar," ucapnya. Kabar itu, membuatnya senang. Perasaannya yang cemas sedikit lega.
"Apalagi, dokter bilang kepada keluarga kalau Intan enggak apa-apa. Jantungnya normal dan stabil. Jadi masih ada harapan sembuh," lanjutnya.
Tapi, beberapa jam berikutnya ia dikabarkan dari Samarinda kalau Intan sudah tiada. Agustini menangis sejadi-jadinya.
Ia ingat saat Intan bersama orangtuanya menghadiri pemakaman seorang kerabat di Aek Kenopan, Labuhanbatu Utara, dua pekan silam.
Awalnya, Intan tidak berani melihat jenazah bibinya yang masih disemayamkan di rumah duka.
"Saat mau dikubur Intan merengrek pengin lihat jenazah bibinya. Ketika jenazah mau dibawa ke dalam mobil, Intan bilang “Dada Bou” tenang di surga," kenangnya.(*)