Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terkait Penangkapan Enam Petani Sukamulya, Ini Keterangan Polda Jabar

Dikatakan Yursri, sebanyak 2 ribu personel gabungan dari Polri, TNI, dan Satpol PP memang bertugas mengamankan lokasi pengukuran tanah.

Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Terkait Penangkapan Enam Petani Sukamulya, Ini Keterangan Polda Jabar
TRIBUN JABAR/TEUKU MUH GUCI S
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Yusri Yunus, ketika diwawancarai Tribun di Markas Polda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Rabu (27/7/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, MAJALENGKA - Warga yang menolak pengukuran tanah pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dikabarkan terkena gas air mata yang ditembakkan personel gabungan, Kamis (17/11/2016).

Sejumlah warga yang menolak pun diamankan aparat kepolisian dalam aksi penolakan di Desa Sukamulya, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka.

petani sukamulya tolak bandara 2
Ribuan personel gabungan didatangkan untuk ikut melakukan pengukuran lahan di Desa Sukamulya, Majalengka, Kamis (17/11/2016). Kedatangan mereka ditolak oleh warga setempat, dan menyebabkan penembakan gas air mata dan perusakan sawah.

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Yusri Yunus, membenarkan, jika pihaknya mengamankan warga yang menolak pengukuran tanah BIJB yang dilakukan pagi tadi.

Namun ia membantah pihaknya melakukan tindakan kekerasan terhadap warga yang menolak pengukuran tanah.

"Ada enam warga yang kami amankan sehubungan di lokasi pengukuran tanah membawa senjata tajam dan katapel," kata Yusri kepada Tribun melalui sambungan telepon, Kamis (17/11/2016).

Yusri menambahkan, warga yang membawa katapel juga telah melukai anggota Polda Jabar yang bertugas mengamankan pengukuran tanah.

petani sukamulya tolak bandara 3
Ribuan personel gabungan didatangkan untuk ikut melakukan pengukuran lahan di Desa Sukamulya, Majalengka, Kamis (17/11/2016). Kedatangan mereka ditolak oleh warga setempat, dan menyebabkan penembakan gas air mata dan perusakan sawah.

Menurutnya, ketiganya mengalami luka pada bagian kepala dan dada akibat menjadi sasaran katapel.

Berita Rekomendasi

"Keenam warga ini kami amankan untuk diambil keterangan dan kasusnya sedang kami (Polda Jabar) tangani," kata Yusri seraya menyebut pihaknya juga mengamankan barang bukti.

Dikatakan Yursri, sebanyak 2 ribu personel gabungan dari Polri, TNI, dan Satpol PP memang bertugas mengamankan lokasi pengukuran tanah yang digunakan pembangunan BIJB.

petani sukamulya tolak bandara 1
Ribuan personel gabungan didatangkan untuk ikut melakukan pengukuran lahan di Desa Sukamulya, Majalengka, Kamis (17/11/2016). Kedatangan mereka ditolak oleh warga setempat, dan menyebabkan penembakan gas air mata dan perusakan sawah.

Namun tim pengukuran tanah mendapatkan pengadangan dari warga yang berasal dari beberapa elemen masyarakat.

"Ada pelaksanaan pengukuran jam 08.00 pagi tadi, tapi sebelum melakukan pengukuran ada penolakan yang dipimpin kepala desa," kata Yusri.

Namun, kata Yusri, penolakan warga itu berujung dengan pelemparan katapel ke arah petugas.

Lantas petugas berupaya mendorong warga yang berjumlah sekitar 200-300 orang tersebut.

"Mereka melempar, lantas kami dorong. Ada anggota terluka, kemudian kami tembakkan gas air mata agar mereka mundur," kata Yusri.

Diberitakan sebelumnya, seratusan petani Desa Sukamulya, Kabupaten Majalengka, ditembaki memakai gas air mata oleh 1.500 personel gabungan, Kamis (17/11/2016).

petani sukamulya tolak bandara
Ribuan personel gabungan didatangkan untuk ikut melakukan pengukuran lahan di Desa Sukamulya, Majalengka, Kamis (17/11/2016). Kedatangan mereka ditolak oleh warga setempat, dan menyebabkan penembakan gas air mata dan perusakan sawah.

Sekretaris Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Mohamad Ali, mengatakan penembakan tersebut terjadi ketika ratusan petani tersebut menggelar aksi untuk menolak proses pengukuran lahan, yang ditujukan untuk pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB).

"Penembakan gas air mata itu dilakukan setelah waga gagal bernegosiasi agar pengukuran lahan untuk BIJB dibatalkan. Tuntutan kaum tani ini wajar, karena belum pernah ada kesepakatan dengan warga. AGRA mengecam keras tindakan penembakan tersebut," tegas Mohamad Ali.(cis)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas