Cerita Juragan Kapal Lepas Tangan Anaknya Hingga Tenggelam di Selayar
Ramli harus melepaskan tangan putranya, Hamza, tenggelam ke dasar air. Mereka berenang terombang-ambing 16 jam lamanya setelah kapal mereka karam.
Editor: Y Gustaman
Terlihat cahaya lampu, Ramli bersama enam lainnya kemudian terus berenang menuju cahaya tersebut. Nasib malang dialami anak Ramli, Hamza.
Hamza tergigit ikan yang tidak diketahui jenisnya. Karena menderita luka akibat gigitan ikan perlahan ia mulai loyo.
Ramli yang melihat kondisi sang anak terus memegang perutnya yang luka pun dibuat cemas dan sedih. "Kena gigit ikan," itu kata terakhir Hamza yang didengar Ramli.
Tak lama kemudian Hamza sudah tidak bernyawa. Ramli sempat memeriksa nafas Hamza lewat hidungnya tapi sudah tak ada.
"Jadi terpaksa kulepas juga tangannya," Ramli mengenang akhir perjumpaan dengan anaknya.
Ia mengenang Hamzah merupakan penolong semua korban. Dia yang paling kuat berenang dan mendorong semua orang ke permukaan jika ada yang mau tenggelam.
Akhirnya tersisa enam orang. Ramli bersama kelima penyintas lainnya mendekati cahaya lampu yang dilihatnya sudah dari jauh. Cahaya lampu tersebut merupakan kapal nelayan.
Nelayan yang mendengar teriakan Ramli bergegas melemparkan gabus sebagai pelampung untuk menyelamatkan keenamnya.
Ramli, Edi, Asrul, Wawan, Baddu dan Azis alias Sisi selamat setelah terombang ambing selama 16 jam di tengah lautan.
"Mulai dari jam 12 siang sampai empat Subuh saya berenang. Jam tiga Subuh Hamza saya lepas," kata Ramli.
KLM Cahaya Putri Abadi mengakut dua unit motor, 15 ekor kerbau, 40 ekor sapi, 15 ekor kuda dan 40 ekor kambing. Semua muatan itu tenggelam bersama bangkai kapal.
Hingga saat ini kebaradaan bangkai kapal belum diketahui, empat koban yang dinyatakan hilang yaitu, Salam, Nasir, Andi Patiroi dan Hamza juga belum ditemukan.