Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dinkes Sekadau Tekan Kasus Gizi Buruk dan Gizi Kurang

Kasus gizi buruk di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, termasuk sangat rendah. Pada 2016 tidak ditemukan kasus gizi buruk.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Dinkes Sekadau Tekan Kasus Gizi Buruk dan Gizi Kurang
nur ichsan/warta kota
POSYANDU CEMARA - Ibu-ibu warga Rw 10 Kelurahan Tanah tinggi, Kota Tangerang, tetap antusias membawa anak anak mereka mendatangi Posyandu Cemara, untuk mendapatkan pelayanan imunisasi polio , jelang sehari berakhirnya program Pos Pin, Senin (14/3). Imunisasi ini untuk mencegah penyebaran penyakit polio pada anak anak. WARTA KOTA/nur ichsan 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SEKADAU - Kasus gizi buruk di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, termasuk sangat rendah. Pada 2016 tidak ditemukan kasus gizi buruk.

Namun, Dinas Kesehatan Sekadau terus berupaya menekan kasus tersebut. Diharapkan masyarakat khususnya yang memiliki balita agar memanfaatkan keberadaan Posyandu.

Kasi Gizi Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Sekadau, Edy Abdullah, mengungkapkan pada 2015 masih ditemukan satu kasus gizi buruk di Kecamatan Nanga Taman.

"Kasus tersebut terjadi karena penyakit penyerta. Memang ada penyakitnya, dulu itu penyakit tumor usus. Karena dengan kondisi tersebut, asupan makannya jadi kurang. Sedangkan untuk 2016 ini belum ada kasusnya. Mudah-mudahan tidak ada,” ungkap Edy, Kamis (24/11/2016).

Edy menambahkan masalah gizi kurang masih terjadi. Pihaknya terus memantau status gizi pada anak usia 0 (nol) hingga 59 bulan. Setidaknya ada 7.080 balita yang status gizinya dipantau di 12 puskesmas di tujuh kecamatan.

“Tahun 2015 ada sebanyak 15,9 persen anak yang mengalami gizi kurang, sedangkan pada tahun 2016 hingga Oktober mencapai 58 balita. Kemudian ada balita di bawah garis merah (BGM) sebanyak 52 orang. BGM belum tentu gizi buruk tapi gizi buruk sudah pasti BGM,” jelas dia.

Berita Rekomendasi

Masih adanya kasus tersebut, menurut Edy, karena masyarakat belum memaksimalkan keberadaan Posyandu.

Ia mengatakan, padahal Posyandu merupakan ujung tombak, sehingga paling tidak desa mengetahui mengenai gizi kurang dan gizi buruk.

“Partisipasi masyarakat untuk menimbang balita ke posyandu masih kurang. Misalkan, satu wilayah ada 3000 balita tapi yang datang ke Posyandu tidak segitu,” terang dia.

Edy menambahkan, seharusnya keberadaan Posyandu dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Desa bisa memengontrol dan mengetahui keadaan masyarakat.

“Ada 18 indikator gizi yang sudah ada target setiap tahunnya. Misalnya, bila ada kasus balita gizi buruk harus mendapat perawatan sehingga setiap ada temuan kami langsung mengambil tindakan,” tegas Edy.

Edy menekankan pentingnya memanfaatkan pelayanan Posyandu. Sebab, Posyandu bukan hanya milik Dinas Kesehatan, namun juga milik desa itu sendiri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas