Selama Operasi Zebra Semeru 2016 Pelanggaran Didominasi Kendaraan Roda Dua
Pelanggaran pengendara yang dikenai tindakan tilang selama operasi Zebra Semeru 2016 mengalami peningkatan signifikan dibanding 2015.
Penulis: Fatkul Alamy
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Operasi lalu lintas dengan sandi Zebra Semeru 2016 secara resmi berakhir 29 November 2016. Angka pelanggaran lalu lintas di Surabaya ternyata masih tinggi.
Sesuai data yang dicatat Satlantas Polrestabes Surabaya, pelanggaran pengendara yang dikenai tindakan tilang selama Operasi Zebra Semeru 2016 mengalami peningkatan signifikan dibanding 2015.
Angka pelanggaran tilang naik. Pada operasi Zebra Semeru 2015 lalu, pelanggar yang dikenai tilang tercatat 8.533 orang atau kendaraan.
Sedangkan angka tilang pelanggaran pada operasi 2016 ini, jumlahnya tercatat 19.389 atau terjadi peningkatan 127 persen.
Tidak cuma pelanggar dikenai tilang yang mengalami peningkatan, jumlah pelanggaran diberi teguran simpatik oleh petugas juga mengalami lonjakan.
Jika pada 2015 tercatat sebanyak 2.497 pelanggar yang dikenai teguran simpatik, selama operasi Zebra 2016 ada sebanyak 4.809 atau naik 93 persen.
Sedangkan untuk angka kecelakaan, selama gelar operasi Zebra Semeru 2016 tercatat mengalami penurunan. Pada 2015 ada 17 kejadian kecelakaan, tapi pada 2016 ini hanya 15 kejadian atau turun 11 persen.
Sementara untuk korban meninggal dunia tercatat menurun. Kalau 2015 ada sebanyak enam korban, kini hanya satu orang atau turun 83 persen.
"Jumlah luka berat juga turun 80 persen, tapi korban luka ringan naik 50 persen," kata Kasatlantas Polrestabes Sutabaya AKBP Adewira Negara Siregar kepada Surya (Tribunnews.com Network), Rabu (30/11/2016).
Adewira menjelaskan, pelanggaran lalu lintas selama operasi Zebra Semeru 2016 didominasi kendaraan roda dua.
Adapun jenis pelanggaran yang kerap dilakukan pengendara, kata Adewira, yakni pelanggaran rambu marka, tanpa mengenakan helm dan tidak membawa SIM.
Kemudian pelanggaran lainnya, seperti tidak menyalakan lampu di siang hari dan alat pemberi isyarat lalu lintas.
Adewira juga menyoroti masih tingginya pelanggaran yang berpotensi terjadinya kecelakaan di Surabaya.
"Kami akan terus meningkatkan tindakan preemtif, preventif dan represif. Ini untuk mewujudkan situasi yang aman dan tertib berlalu lintas di Kota Surabaya," ucap Adewira. (fat)