Wow, Seniman Mojokerto Ini Sulap Limbah Jadi Miniatur Kapal
Di halaman rumah dan ruang tamu berserakan perkakas untuk membuat miniatur kapal. Di meja tamu, produk miniatur kapal dalam botol terpampang rapi
Editor: Sugiyarto
Selama 16 tahun menjadi perajin miniatur kapal dalam botol, Klinem sudah menciptakan ratusan buah miniatur. Rata-rata, dalam sehari dia bisa menciptakan satu buah kapal dalam botol.
Tak hanya itu, agar biaya produksi lebih murah, dia mulai berinovasi dengan menggunakan bahan bekas seperti bungkus plastik camilan hingga spon bekas sandal.
Begitu pula dengan botol untuk wadah miniatur kapal, dia biasa membeli dari pengepul barang bekas.
Botol bekas yang digunakan adalah botol minuman keras, botol madu, dan botol infus. Begitu pula dengan bahan kapal, dia memakai limbah kayu dari pengepul.
"Saya memang mengembangkan miniatur kapal dari limbah tak terpakai. Seperti bungkus camilan itu untuk layar kapal dan spon bekas sandal untuk perekat kapal dengan botol," urainya.
Bagaimanapun, miniatur kapal dalam botol yang digarap dengan bahan tak terpakai, membuat hasil kerajinannya cukup diminati konsumen.
Dengan harga termurah Rp 50 ribu untuk jenis kapal phinisi hingga Rp 200 ribu untuk jenis kapal titanic, banyak konsumen yang beli dari luar Jatim. Itu seperti dari Bali, Banten, Jogjakarta, hingga Sulsel.
"Kalau yang dari Mojokerto sendiri, biasanya pesan untuk cenderamata. Yang pesan ada dari Pemkot Mojokerto dan sesama perajin kapal," pungkasnya.