Nikel dan Kakao Masih Jadi Komoditi Ekspor Andalan Sulsel
Nikel dan kakao masih menjadi komoditi ekspor andalan dari Sulawesi Selatan. Dalam setahun,komoditi itu menghasilkan nilai lebih dari 700 juta dollar
Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Nikel dan kakao masih menjadi komoditi ekspor andalan dari Sulawesi Selatan. Dalam setahun, kedua komoditi itu menghasilkan nilai lebih dari 700 juta US dolar.
"Komoditi Sulsel masih tetap primadona di luar negeri, salah satunya produksi nikel yang menjadi komoditas dengan nilai ekspor terbesar dari Sulsel pada Desember 2016," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Nursam Salam di kantornya, Senin (16/1/2017).
Nikel merupakan komoditas dengan nilai terbesar ekspor Sulsel pada Desember dengan nilai 69,12 juta US dollar atau 54,21 persen dari total nilai ekspor Sulsel, disusul komoditas kakao dengan 16,72 juta US dollar.
Sememtata itu, untuk tahun 2016, nikel mampu menyumbang 584,14 juta US dollar dari total 1154,60 juta US dolar total ekspor Sulsel, atau menjadi yang terbanyak dari seluruh komoditi ekspor, disusul dengan komoditi kakao yang mencapai 159,56 juta US dollar.
Selain kedua komoditi tersebut, beberapa komoditi lain juga masih terus diekspor dari Sulsel, sepwrti komoditi ikan dan udang, biji-bijian berminyak dan tanaman obat, serta buah-buahan.
Nursam mengatakan, pada bulan Desember lalu ekspor dan impor Sulsel memang cukup meningkat pesat, namun secara keseluruhan tahun ini justru menurun dibanding tahun 2015 lalu.
Pada Desember 2016, nilai ekspor meningkat sebesar 24,63 persen bila dibandingkan nilai ekspor pada bulan November tahun 2016, yakni dari 102,39 juta US dollar menjadi 127,49 juta US dollar.
Demikian pula dengan nilai impor Sulsel pada bulan Desember 2016 yang mencapai 98,19 juta US dollar, atau naik sebesar 49,22 persen dibandingkan dengan nilai impor bulan November 2016 dengan nilai 65,8 juta US dolar.
Penurunan nilai ekspor impor tahun ini terjadi karena ekonomi global yang sedang lesu, dan mempengaruhi nilai ekspor impor hampir di semua negara.
"Ekonomi global memang sedang buruk-buruknya, sehingga mempengaruhi perdagangan termasuk emkspor impor di Indonesia, tapi kita harap tahun ini bisa membaik," ujar Nursam. (*)