Alissa Wahid Ajak Gusdurian Perjuangkan Keadilan Sosial, Tak Berpolitik Praktis
Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid, mengimbau jaringan Gusdurian di Semarang tak berpilitik praktis.
Editor: Y Gustaman
![Alissa Wahid Ajak Gusdurian Perjuangkan Keadilan Sosial, Tak Berpolitik Praktis](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/alissa-wahid_20170205_210518.jpg)
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Ponco Wiyono
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid, mengimbau jaringan Gusdurian di Semarang tetap menjaga independensi.
Dalam kunjungan ke kampus Universitas Wahid Hasyim sebagai pengisi acara Kelas Pemikiran Gusdur II, Minggu (5/1/2017), Alissa menegaskan jaringan Gusdurian tak akan berkecimpung dalam politik praktis.
Alissa hadir di kampus yang berada di Sampangan itu setelah para pengisi acara yang lain hadir. Kelas Pemikiran Gusdur II ini digelar sejak Sabtu (4/1/2017).
"Masih banyak kanal yang bisa dimasuki para Gusdurian. Tentu mereka berhak terjun ke politik praktis namun tentu tanpa membawa embel-embel Gusdurian," tutur Alissa di hadapan puluhan peserta yang didominasi mahasiswa itu.
Dalam lingkup Semarang, Alissa menyebut beberapa hal bisa diperjuangkan Gusdurian dalam mencapai keadilan sosial seperti cita-cita sang ayah.
Ia mencontohkan di Daerah Istimewa Yogyakarta para Gusdurian memperjuangkan kios rakyat sebagai perlawanan terhadap toko modern berjaringan.
"Gusdurian merupakan wadah untuk memperjuangkan cita-cita Gus Dur di jalur non-politik. Dalam hal ini keadilan adalah prinsip. Bagi Gus Dur sendiri, perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi," sambung dia.
Acara tersebut berlangsung santai. Sesekali Alissa mengenang masa-masa ketika sang ayah masih hidup, termasuk ketika menjabat sebagai kepala negara dan menjadi panutan banyak masyarakat.
Dari pemaparannya, terungkap, Gus Dur tidak pernah menyalahgunakan jabatan untuk mengistimewakan anak-anaknya.
Pembicara yang mengisi forum serupa di antaranya Mahrus Ali, Dr Teddy Kholiluddin, Agus Riyanto, Pendeta Tjahyadi Nugroho, dan Dr. Rusmadi.
Dalam penyampaiannya, Alissa menandaskan, jaringan Gusdurian harus dikelola agar tidak tercecer, terutama di tingkat daerah.
"Gusdurian tidak didukung pendanaan rutin, melainkan melalui kerja sama. Kami juga wajib menjaga independensi dan fokus pada isu-isu yang terkerucut menjadi tiga, yakni toleransi, pribumisasi Islam, dan keadilan ekonomi," tegas dia.