Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini penjelasan Medis Mumi Janin Berusia 37 Tahun dalam Rahim Tunyatun

Hasil pemeriksaan medis, diduga janin yang ada dalam kandung istri kakek Kholid sudah dalam kondisi meninggal sejak masih berusia 7 bulan

Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Ini penjelasan Medis Mumi Janin Berusia 37 Tahun dalam Rahim Tunyatun
Tribun Jambi/Dedi Nurdin
Bayi membatu 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Penemuan mumi janin berusia 37 tahun di dalam perut Tunyatun (60) warga Desa Sridadi, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari mengejutkan tim dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi.

Dr Paryanto SpOG, Ketua Tim Medis yang menangani operasi mengatakan, apa yang dialami ibu satu anak ini merupakan kejadian langka yang baru pertama kali ditemukan di Provinsi Jambi.

Secara global di dunia kasus serupa baru ditemukan sebanyak 300 kasus.

Kejadian langka ini disebut Litopedion, yakni janin membatu akibat terlalu lama berada di dalam tubuh sang Ibu.

"Bentuknya seperti telur dan keras. Kemarin waktu pengangkatan kita mencoba membelahnya menggunakan gergaji, tapi tidak bisa karena sudah membatu," jelasnya.

"Bayi itu mengalami mumifikasi atau menjadi mumi, karena sudah sangat lama di dalam tubuh," katanya Dr Paryanto.

Berita Rekomendasi

Hasil pemeriksaan medis, diduga janin yang ada dalam kandung istri kakek Kholid sudah dalam kondisi meninggal sejak masih berusia 7 bulan.

Tim Medis sempat kesulitan dalam melakukan operasi pengangkatan.

Pasalnya kehamilan yang dialami Tunyatun tergolong tak lazim.

Dimana janin berada tergantung di Luar rahim. Sehingga cukup menyulitkan proses pengangkatan janin.

"Ini tidak lazim, biasanya orang hamil berada di perut. tetapi ini tergantung dam bersembunyi rahim, jadinya nyasar dibelakang perut. Makanya waktu kita melakukan operasi ini cukup sulit karena saluran ginjal terdorong keatas," ujar Dr Paryanto.

Ini terjadi ketika sperma gagal kembali kerahim. Namun, sel telur tetap berkembang di luar rahim atau di bagian dalam perut.

"Tapi kasus kali ini gagalnya sperma kembali ke rahim dan anehnya malah menempel di penggantung rahim dan sembunyi di belakang rahim," ungkap Paryanto.

"Akibat kurangnya makanan, bayi tersebut akhirnya mengecil dan mengeras hingga membatu. Kesulitan operasi karena posisi bayi berada di belakang rahim. Ini fenomena tidak lazim," paparnya.

Senin (6/3/2017) sekitar pukul 09.00 wib, tim medis melakukan operasi, proses pengangkatan janin berhasil setelah berlangsung selama 2,5 Jam.

"Usai operasi kondisi pasien baik-baik saja dan BAB-nya langsung lancar dan banyak. Tapi pasien sekarang masih kita rawat di ruang ICU," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas