Terjadi di Pakusari, Jember: Mbah Siati Tidur dan Makan di Kandang Sapi Tetangga
"Nyaman neng ka' enjeh, tak merepot ka oreng (enak di sini, enggak merepotkan orang lain)," Mbah Siati memberi alasan.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Mbah Siati tidur, makan dan melakukan segala aktivitasnya di dalam kandang sapi, milik tetangganya di Desa Patemon, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Dia tidur di dalam sebuah kamar yang dibangun seadanya di dalam kandang sapi tersebut.
Meski demikian, dia mengaku tidak pernah mengeluh dengan kondisi itu karena tidak ingin merepotkan tetangga sekitarnya.
"Nyaman neng ka' enjeh, tak merepot ka oreng (enak di sini, enggak merepotkan orang lain)," ungkap Mbah Siati.
Tak ada yang tahu persis usia Mbah Siati karena dirinya tak memiliki dokumen kependudukan. Menurut perkiraan warga sekitar, usianya sudah mencapai 85 tahun.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mbah Siati berjualan sayur kangkung, yang dipetiknya dari sungai yang berada di belakang kandang sapi, tempat dia tinggal.
"Nyare kangkung pas e jual e pasar, gebey mele beres (Cari kangkung lalu saya jual lagi di pasar untuk buat beli beras)," tuturnya.
Mbah Siati mengaku tidak ingin merepotkan tetangga sekitarnya, meskipun sering mendapatkan bantuan dari tetangganya.
"Todus ngerepotkan tetanggeh (malu merepotkan tetangga)," ucapnya.
Sementara itu, pemilik kandang sapi, Abdur Rohim, mengaku, sebenarnya pernah meminta Mbah Siati untuk pindah ke rumahnya, namun yang bersangkutan menolak.
"Beliau tidak mau, katanya enakan tinggal di sini (kandang sapi)," ungkap Rohim. Menurut Rohim, Mbah Siati sebenarnya memiliki anak tetapi sudah meninggal dunia. "Punya anak tapi sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu," katanya.
Untuk mencukupi kebutuhannya, Mbah Siati setiap hari berjualan di Pasar Arjasa.
"Kasihan saya mas, Mbah ini cari kangkung lalu jualan di pasar, dia ga ingin ngerepotin orang lain. Meskipun kalau berasnya habis, saya sering ngasih ke beliau," tuturnya.
Salah satu tokoh pemuda desa setempat, Ribut Supriadi, menjelaskan, Mbah Siati sama sekali tidak tersentuh bantuan pemerintah.
"Jangankan bantuan, beliau tidak punya data kependudukan, seperti KTP dan KK," kata Ribut.
Ribut juga menyayangkan tidak adanya perhatian dari pemerintah terhadap Mbah Siati.
"Harusnya negara hadir, misalknya diusahakan KTP, KK, sehingga bisa dibuka akses sejumlah bantuan," katanya.
Untuk itu, lanjut Ribut, dalam waktu dekat, pihaknya akan mengusahakan secepatnya pembuatan KTP dan KK untuk Mbah Siati.
"Itu syarat mutlak untuk pengusulan bantuan seperti raskin, PKH, dan lain sebagainnya," pungkasnya.
Penulis: Ahmad Winarno