176 Musisi Jalanan di Surabaya Dikontrak Pembkot untuk Hibur Warganya
Pemerintah Kota Surabaya punya cara tersendiri untuk mengapresiasi pekerja seni jalanan di Kota Pahlawan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Pemerintah Kota Surabaya punya cara tersendiri untuk mengapresiasi pekerja seni jalanan di Kota Pahlawan.
Sebanyak 176 kelompok pemusik jalanan (KPJ) yang terdaftar di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, mereka kerahkan untuk menghibur warga di sejumlah ruang publik seperti Taman, Balai Pemuda, dan Gedung Siola.
Mereka digaji pemkot dengan bayaran Rp 1,5 juta setiap kali tampil di sejumlah fasilitas publik. Warga Surabaya bisa menikmati suguhan musik kreatif tersebut secara gratis tanpa dipungut biaya.
Julian Romadhon, koordinator KPJ Band Atas Nama Bangsa mengaku sudah tiga tahun bergabung dengan Disbudpar. Mulanya ia mendaftar ke Disbudpar untuk band yang beranggotakan 15 orang ini.
“Kami sempat disurvei saat perform di cafe Mbah Cokro waktu itu. Ternyata konsep band kami yang mengusung lagu-lagu nasional dan lagu daerah cukup menarik perhatian pemkot Surabaya."
"Hingga akhirnya kami sampai sekarang perform menghibur warga Surabaya,” ucap Julian, Minggu (19/3/2019) di Taman Flora.
Sebelumnya kelompok pemusik jalanan ini biasa ngamen di tengah kota. Khususnya di kawasan Taman Apsari.
Julian bersama teman-teman kuliah di Unitomo dan Unair suka ngamen dengan membawa alat musik perkusi dan gitar keliling taman.
Hingga akhirnya ditawari untuk gabung saja dengan pemerintah Kota Surabaya.
“Ya lumayan, walaupun kami mulanya ngamen untuk uji mental, ternyata malah dapat kesempatan perform yang dapat gaji pula,” imbuh pemain perkusi ini.
Uniknya, band KPJ ini punya ciri khas tersendiri. Yaitu selain menyanyikan lagu-lagu nasional, alat musik yang digunakan Julian dan 14 orang di Atas Nama Bangsa ini juga menggunakan alat musik tradisional.
Mulai alat musik dari papua, padang, kalimantan, dan medan. “Iya, jadi kami setiap perform selalu membawa alat musik seperti saluang, sasando dan alat alat musik dari daerah di Indonesia,” ujarnya.
Mereka juga mengaransemen khusus musik yang akan mereka bawakan dengan diadaptasikan ke alat musik tradisonal tersebut.
“Jadi kita sering latihan untuk aransemennya. Gimana kalau pakai gitar, gimana kalau perkusi, gimana untuk sasando, dan seterusnya,” ulas Julian.