Keseharian Wakil Rakyat Asal Tomohon Bikin Geleng-Geleng Kepala
Jualan demi periuk nasi sekaligus hobi, sementara anggota dewan adalah tanggung jawab kepercayaan yang diberikan Sang Khalik dan konstituen
Editor: Eko Sutriyanto
Biasanya pasar ramai antara jam 9 dan 10 pagi. Jika sudah melewati waktu itu, Michael harus menyudahi berdagang tahu tempe.
Ia harus meninggalkan lapak dagangan karena harus pergi ke Kantor Dewan.
"Sesuai Tata Tertib Dewan, masuk jam 9 pagi. Maka harus menyudahi berjualan. Nanti dilanjutkan istri dan orang kerja," kata pria yang besar di Paslaten ini.
Aktivitas jualannya memang menyesuaikan dengan agenda dewan.
Jualan demi periuk nasi sekaligus hobi, sementara tugas sebagai anggota dewan adalah tanggung jawab kepercayaan yang diberikan Sang Khalik dan konstituen.
Agar berimbang maka harus tahu mengatur waktu.
Usai jualan harus cepat pulang bersiap diri ke kantor untuk bertugas sebagai anggota dewan.
Namun kalau ada agenda pagi hari, atau tugas ke luar daerah, terpaksa harus meninggalkan aktivitas jualan tahu tempe.
"Kalau sedang tidak ada aktivitas Dewan, saya suka jualan. Kalau ada aktivitas menyesuaikan, tapi tidak mengesampingkan tanggung jawab sebagai wakil rakyat," kata dia.
Di DPRD memang cukup sibuk, tahun ini banyak Perda yang harus diselesaikan, belum lagi jadwal rapat pembahasan, dan sidang paripurna.
Ia mengakui, gaji menjadi anggota dewan memang lumayan.
Tiap bulan ditambah tunjangan bisa mencapai Rp 15 juta namun tidak penuh diterima karena harus juga memasukkan iuran ke partai.
Namun menurutnya, menjadi anggota dewan bukan untuk mencari gaji atau agar naik status sosial.
Ia besar di Paslaten, namun setelah menikah tinggal di Kolongan.