Pemerintah Minta HET Gula Pasir Rp 12,5 Ribu/Kg di Tanjung Selor, Ini Komentar Pengusaha
- Mahalnya harga gula pasir di Tanjung Selor imbas jauhnya daerah ini dari pusat produksi.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Kaltim Muhammad Arfan
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Mahalnya harga gula pasir di Tanjung Selor imbas jauhnya daerah ini dari pusat produksi.
Pengusaha di Tanjung Selor umumnya memasok gula pasir dari pabrik di Surabaya, Jawa Timur.
Seperti penuturan Jimmy. Ditemui usai mengikuti rapat bersama Pokja Kestabilan Harga Pangan Kalimantan Utara di kantor Disperindagkop Kalimantan Utara, Senin (15/5/2017), Jimmy mengatakan biaya distribusi gula dari Surabaya yang ditanggung pengusaha cukup besar.
Biaya mencapai Rp 23 juta per angkut atau setara Rp 12 ribu per kilogram.
"Kami ambil gula per bulan sebanyak 20 ton. Ongkos biaya kontainer selama distribusi sangat mahal, karena memang tentangnya cukup jauh," sebutnya.
Gula yang dipasok dari Surabaya tidak langsung didaratkan di pelabuhan di Tanjung Selor.
Jimmy memilih mendaratkan di pelabuhan di Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Gula kemudin diangkut dari Tanjung Redeb ke Tanjung Selor via darat.
"Tentu adalagi biaya angkut yang keluar untuk sampai di sini. Itu yang berpengaruh juga terhadap harga gula di sini," sebutnya.
Memilih mendaratkan di pelabuhan Tanjung Redeb karena jarak tempuhnya lebih dekat dari Surabaya dibanding langsung dari Surabaya ke Tanjung Selor.
Jangka waktu distribusi dari Surabaya sampai Tanjung Redeb memerlukan 22 hari. Sedang untuk sampai di Tanjung Selor perlu waktu 23 sampai 25 hari.
"Lumayan lama. Jadi mendingan di Berau, lalu diangkut lewat darat ke sini. Dan di sini (Tanjung Selor) juga belum ada pelabuhan peti kemas" ujarnya.
Memasok gula dari Tarakan lanjut Jimmy justeru bisa dua kali lipat biaya distribusi yang harus dirogoh dibanding memasok dari Surabaya.
Sebab biaya bongkar muat dan pengangkutan masing-masing dikeluarkan berbeda. Pertimbangan keselamatan juga menjadi perhatian.
"Dari Tarakan itu diangkut menggunakan kapal kayu. Itu sangat beresiko. Dan tidak ada asuransinya. Jadi kami memilih dari Surabaya saja," ujarnya.
Perihal permintaan pemerintah (Kementerian Perdagangan) kepada distributor di Kalimantan Utara untuk menjual gula pasir dengan HET Rp 12,5 ribu, diakui Jimmy sulit untuk diterapkan jika melihat ongkos angkut yang harus ditanggung pengusaha.
"Kecuali ongkos angkut itu disubsidi pemerintah. Atau juga pemerintah membantu untuk memfasilitasi kami ambil gula dari Bulog Surabaya, bukan dari pabriknya langsung yang selama ini kami lakukan," ujarnya.
Selama ini Jimmy melepas gula kepada pedagang eceran seharga Rp 15 ribu per kilogram. (Wil)