Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menggoreng SARA di Pilkada Jateng? Begini Analisis Pengamat Politik

Isu SARA dan politik identitas imbas Pilkada DKI Jakarta tak akan menggelinding liar dalam Pilkada serentak di Jawa Tengah pada 2018.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Menggoreng SARA di Pilkada Jateng? Begini Analisis Pengamat Politik
Kompas Nasional/IWAN SETIYAWAN
Kampanye Damai Pilkada Jakarta - Aktivis dari kelompok Komunitas Intelektual Muda Betawi menggelar kampanye damai pilkada Jakarta di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (2/9). Mereka menyerukan dihentikannya kampanye sara untuk mewujudkan Jakarta yang damai. (Kompas/Iwan Setiyawan) 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Isu SARA dan politik identitas imbas Pilkada DKI Jakarta tak akan menggelinding liar dalam Pilkada serentak di Jawa Tengah pada 2018.

Apalagi, sejumlah pihak sepakat menjaga kondusifitas selama proses Pilkada Serentak baik di tingkat bupati, kota, atau provinsi.

Pengamat politik Universitas Wahid Hasyim Semarang, Joko J Prihatmoko, menilai politik identitas di Pilkada DKI Jakarta belum lama ini tak akan terjadi di Jateng.

Keyakinan itu berdasarkan banyaknya penduduk asli di Jateng.

"Di sini terlalu banyak penduduk asli, beda dengan DKI atau tempat lain. Kita tetap Jawa, sekasar-kasarnya kan tetap wong Jowo," kata Joko dalam diskusi "Mencari Calon Gubernur Jateng", di Hotel Santika Semarang, Rabu (24/5/2017).

Ia mengatakan politik identitas di Pilkada DKI Jakarta tidak relevan untuk Jateng. Daerah yang cenderung plural seperti DKI Jakarta biasanya berpotensi muncul sentimen SARA.

Berita Rekomendasi

"Misalnya Budhi Sarwana Kho Wing Chin yang baru dilantik jadi Bupati Banjarnegara kan etnis Tionghoa, buktinya no problem. Jadi janganlah sentimen di Jakarta ini diimpor ke Jateng. Jateng sudah kondusif. Budhi ini contoh yang baik," Joko menegaskan.

Ia berharap pada partai politik, tokoh masyarakat, tokoh agama, para kandidat, dan para pengamat politik, agar bisa meredam isu politik identitas.

"Budaya masyarakat Jateng tidak membesar-besarkan perbedaan. Orang Jateng punya tradisi memendam rasa, itu nyata. Jadi, isu katrok di Jakarta jangan dikirim ke sini," sambung dia.

Akan tetapi, biasanya parpol terjebak pada sikap harus memenangkan Pemilu, dan abai terhadap salah satu fungsi tugasnya meredam konflik di masyarakat.

Parpol cenderung punya kepentingan mendongkrak elektabilitas calonnya yang justru 'menggoreng' isu personal lawan yang justru SARA.

"Sehingga kita jaga bareng, pengamat punya peran, ormas, tokoh masyarakat dan tokoh agama, tapi yang pertama adalah parpol sendiri harus berkomitmen tidak membesarkan isu politik identitas itu," ungkap dia.

Sekretaris DPD I Partai Golkar Jateng, Ferry Wawan Cahyono, hadir dalam diskusi tersebut menegaskan, pihaknya sangat berharap situasi pilkada di DKI tidak merembet ke Jateng.

Sebab jika tak terkendali, dampaknya ajang pilkada akan merusak demokrasi.

"Fenomena di DKI pengalaman berharga agar tidak merembet di Jateng. Ciri khas Jateng dengan kejawaannya, semangat kekeluargaannya, andap asornya dan sebagainya, ini patut kita jaga betul. Kami yakin komitmen pimpinan Parpol di Jateng sudah sangat luar biasa," ucap dia.

Ia meyakini gelaran Pilkada di Jateng nantinya tetap menghadirkan suasana yang damai dan tidak sampai menyinggung persoalan SARA.

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas