Alkisah Kampung Mahmud Dibangun dengan Tebaran Tanah Mekkah di Empat Penjuru
Penyebaran agama Islam konon salah satunya bermula dari Kampung Mahmud, Desa Mekar Rahayu, Kabupaten Bandung, lima abad lalu.
Editor: Y Gustaman
H. Syafie dan sebagian besar masyarakat di sana percaya jika roh dari seorang waliyulah akan tetap ada, bahkan dapat berinteraksi dengan keturunannya. Banyak peziarah yang datang untuk ikut berdoa.
"Kalau malam Jumat dan Minggu ramai yang datang ke sini, kalau saat Ramadhan seperti ini agak jarang," ujar H. Syafie.
Bila kita menelisik ke barat kampung tersebut, akan kita temui makam dari Eyang Dalem Abdul Manaf.
Sebelum masuk ke dalam, peziarah akan menemui kotak infak di pintu masuk. Lokasinya tepat berada di belakang Masjid Raya Kampung Mahmud.
Para pedagang menjajakan berbagai dagangan, mulai dari kudapan ringan, buku-buku agama, tasbih, hingga berbagai kerajinan tangan. Kios-kios penyedia makanan berat pun dapat ditemui di beberapa titik.
Walau lokasinya agak terpencil dan berdekatan dengan proyek Tol Soroja di pinggiran kota, Kampung Mahmud dapat diakses dari berbagai arah. Baik dari arah Kota Bandung maupun Soreang.
Dari arah Bandung, peziarah dapat menggunakan angkutan kota (angkot) jurusan Tegalega-Mahmud. Peziarah akan berhenti di terminal Mahmud yang lengang, namun perlu diperhatikan angkutan ini hanya beroperasi hingga pukul 18.00 WIB.
Sedangkan bila dari Soreang harus menggunakan angkot menuju Cilampeni dilanjutkan menggunakan ojek menuju Kampung Pameuntasan dan dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Kampung Mahmud dihuni oleh kurang lebih 400 KK yang didalamnya terdapat 1 RW dan 4 RT. Sebagian besar mata pencaharian warga dari bertani, pengrajin dan pengusha mebel, pedagang dan sebagian lagi bekerja.
"Kampung Mahmud ini, kampung yang terpuji," ia menegaskan.
Rustandi (30), peziarah asal Garut, datang ke makam Eyang Dalem Abdul Manaf untuk mengingat kematian.
"Dengan mengingat mati, kita akan berusaha sebaik mungkin untuk berbuat kebaikan di sisa kehidupan," kata Rustandi.