Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bumi Kuwojo Menyimpan Cerita Hidup Gajah Purba Jutaan Tahun Lalu

Ada ribuan fragmen fosil berhasil ditemukan dan diselamatkan komunitas pelestari fosil dan Kepala Desa Banjarejo, Achmad Taufik.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Bumi Kuwojo Menyimpan Cerita Hidup Gajah Purba Jutaan Tahun Lalu
Tribun Jogja/Setya Krisna Sumarga
Fosil Gajah Purba Raksasa yang ditemukan di Banjarejo, Grobogan. Temuan ini diyakini bakal mengungkap misteri besar kehidupan jaman purba. Insert: perbandingan ukuran stegodon dengan tinggi manusia normal (devianArt). TRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Setya Krisna Sumarga

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tegalan milik Mbah Rusdi sore itu terasa sangat sunyi. Angin sepi-sepoi berhembus dari sela pepohonan jati di sisi utara ladang.

Tegalan itu terletak di teras bukit landai yang di sisi timur berujung di kali kecil di tepi barat Dusun Kuwojo, Desa Banjarejo, Gabus, Kabupaten Grobogan.

Banjarejo merupakan desa paling timur di Kabupaten Grobogan, yang berbatasan langsung dengan wilayah Blora dan Ngawi di sisi tenggara.

Waktu tempuh dari pusat Purwodadi, lebih kurang 1,5 jam mengunakan sepeda motor. Dari Kota Yogyakarta, waktu tempuh lebih kurang 5,5 jam via Solo-Gemolong-Sumberlawang- Toroh-Danyang-Kuwu-Banjarejo.

Baca: Mata Cangkul Mbah Rusdi Mengungkap Fosil Gajah Raksasa Banjarejo

Baca: Gajah Purba di Grobogan Setinggi Atap Rumah dan Berat 12 Ton

Mbah Rusdi, petani yang menemujkan fosil gajah raksasa atau Stegodon Banjarejo di tegalan miliknya di Dusun Kuwojo, Gabus, Grobogan, Jawa Tengah. TRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA
Mbah Rusdi, petani yang menemujkan fosil gajah raksasa atau Stegodon Banjarejo di tegalan miliknya di Dusun Kuwojo, Gabus, Grobogan, Jawa Tengah. TRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumarga)
Berita Rekomendasi

Akses jalan sangat baik dari Purwodadi hingga Kecamatan Gabus. Namun beberapa penggal jalan masuk Banjarejo sedang dibeton.

"Saya ndak punya firasat apapun," kata Mbah Rusdi (70), pemilik lahan dan orang yang pertama kali menemukan jejak fosil gajah purba pada 7 Juni 2017.

"Yang saya tahu, dulu sering sekali orang nemu "balung tuwo" di Banjarejo dan sekitarnya," imbuh bapak lima anak ini.

Balung tuwo atau tulang tua adalah istilah warga setempat untuk menyebut fosil.

Faktanya, memang ada ribuan fragmen fosil berhasil ditemukan dan diselamatkan komunitas pelestari fosil dan Kepala Desa Banjarejo, Achmad Taufik.

Kegiatan penyelamatan dilakukan sejak tiga tahun terakhir. Sebelumnya, fosil temuan warga diburu pedagang dan pengepul, dan dilempar ke pasar gelap perdagangan fosil purbakala.

Grafis penemuan gajah purba di Grobogan, Jawa Tengah. TRIBUN JOGJA
Grafis penemuan gajah purba di Grobogan, Jawa Tengah. TRIBUN JOGJA (Tribun Jogja)

Bisnis ilegal ini mendatangkan fulus luar biasa. Namun tak sebanding dengan nilai historisnya.

Dua hari dua malam Tribun Jogja secara khusus menyelami bumi Kuwojo, tinggal bermalam, menyesap dan membaui tanah lempung di bawah permukaan tegalan, persis di samping kotak ekskavasi awal yang dibuat warga.

Siapa menduga, hanya 1,2 meter di bawah permukaan tanah yang selama ini dipakai bercocok tanam Mbah Rusdi, adalah lapisan tanah berusia 700.000 hingga 1 juta tahun lalu.

Tanah lempung hijau keputihan itu diyakini berasal dari kala Plestosen tengah. Di lapisan itu pula bersemayam kerangka gajah purba Stegodon, tidur nyenyak selama ratusan ribu hingga jutaan tahun.

Kini ia muncul menyapa dunia. Rahasia besar Banjarejo purba perlahan tersibak.

"Tanah lempung ini ciri rawa-rawa." kata Wahyu Widiyanta, Ketua Tim Penyelamatan Fosil Gajah Banjarejo.

Lingkungan Kuwojo dan Banjarharjo menurut penelitian awal tim BPSMP Sangiran, dulunya dasar lautan di masa Pliosen hingga Plestosen.

Ciri-ciri utamanya adalah bentukan lapisan batu lempung biru, batu lempung hitam dan konglomerat gampingan.

Morfologi Banjarejo di sisi utara terdiri perbukitan struktural bergelombang landai, lahan denudasional datar berupa endapan hingga tepi Kali Lusi.

Di sisi selatan desa nyaris denudasional datar terdiri endapan alluvium berumur resen hasil bentukan pelapukan batu asal, kemudian tererosi dan terendapkan jadi soil, dengan batuan dominan berupa batu lempung.

Fosil purbakala di Desa Banjarejo
Fosil purbakala di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jateng. TRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA

"Morfologi Banjarejo yang sekarang tentu sangat jauh berbeda dengan masa Plestosen, kalau perkiraan saya Plestosen tengah ketika gajah purba itu mati. Lokasi sekarang ini rawa-rawa, atau wilayah transisi antara laut dan daratan," jelas Wahyu.

Menurut Wahyu, jagat arkeologi sangat beruntung bisa menemukan fosil cukup utuh gajah purba di lapisan tanah lempung hasil endapan rawa pantai.

"Biasanya di lapisan ini fosil akan solid karena proses sedimentasi berlangsung lebih tenang dan perlahan," kata arkeolog lulusan UGM ini.

Pria yang kerap menyebut istilah "menembus lorong waktu" ketika bercerita tentang zaman purba, yakin gajah purba itu tidak sendirian.

Apalagi tak jauh dari tegalan Mbah Rusdi, pernah ditemukan gading gajah. Lokasi penemuan ada di tegalan datar di puncak kubah bukit Kuwojo.

Sayang, gading gajah temuan warga Kuwojo itu lenyap setelah berpindah ke tangan pedagang gelap fosil.

Hasil penelitian awal, wilayah sebaran yang mengandung fosil fauna vertebrata mencapai garis tengah 2,5 kilometer.

Identifikasi awal fosil yang dikumpulkan di rumah Kepala Desa Banjarejo, ada 600an fragmen fosil terdiri 15 familia/keluarga fauna darat maupun air. Ada familia Elephantidae (gajah), Bovidae (kerbau, banteng, antelop).

Ada famili Cervidae (rusa), Rhinocerotidae (badak), Hippopotamidae (kuda sungai), Felidae (harimau, singa, kucing), Crocodylidae (buaya muara) Lamnidae (hiu putih). Kemudian famili Charcharhinidae (hiu banteng), Bivalvia (kerang), Gastropoda (siput, keong), Canidae (serigala, anjing hutan), dan Gavialidae (buaya sungai).

Dari temuan-temuan fosil beraneka ragam famili fauna darat dan air itu, untuk wilayah darat, Banjarejo dulu berupa sabana dan hutan terbuka, hutan tertutup rapat dan basah, serta lingkungan darat yang dekat dengan air. Bisa rawa-rawa laut atau tepian sungai.

Menurutnya, tidak banyak situs-situs Plestosen yang mampu mengkonservasi peninggalan fosil relatif lengkap.

Di Sangiran saja, relatif hanya temuan Hypopotamus (kuda sungai) yang pernah ditemukan utuh fosilnya.

"Fakta ini sangat menarik bagi kajian kesejarahan purba. Mungkin nanti bisa menjawab misteri lingkungan di sisi utara cekungan Solo yang pernah jadi hunian besar homo erectus di masa Plestosen hingga kepunahannya," lanjut Wahyu.

"Selama ini kita hanya tahu, hominid hidup, berkembang, dan bertahan di sebelah selatan Zona Kendeng, di sepanjang cekungan dan alur Bengawan Solo. Banjarejo ini mungkin bisa memberi kejutan," kata Wahyu optimistis.

Keyakinan itu bukan tanpa dasar. Penelitian awal Tim BPSMP Sangiran telah mengendus aktivitas hominid, menyusul temuan bola batu berfaset di utara Dusun Nganggil dan Ngrunut.

"Ini temuan signifikan terkait alat kerja manusia purba," lanjut pria asal Klaten ini.

Bola batu berfaset ini peralatan buatan tangan yang juga ditemukan di situs Sangiran, dan beberapa situs lain di Afrika, Asia, Eropa, dan benua Amerika. Batu bulat berfaset di Banjarejo berbahan batu gamping kersikan yang sangat keras karena kuatnya unsur silika.

"Saya yakin, suatu saat mereka (hominid) akan muncul, entah sengaja karena dicari atau memunculkan dirinya sendiri," tukas peneliti yang menimba ilmu dari Dr Harry Widianto, paleoantropolog terkemuka Indonesia saat ini.

Wajah Mbah Rusdi tampak semringah, sembari menyapu sampah plastik di tegalan yang kini diotopsi para ahli untuk dikuak rahasianya yang terpendam.

Ribuan orang telah menyambangi "sang gajah" sejak ditemukan awal bulan lalu. "Saya rela kalau negara menggunakan tanah ini," katanya.

Sore itu, bukit Kuwojo kembali disergap kesunyian, sesenyap tidur abadi gajah purba itu selama bermilenium. Puncak Lawu tampak samar, menjulang anggun nan jauh di selatan sana.

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas