Inspiratif, Kakek 95 Tahun Ini Tetap Jualan Balon dan Pantang Meminta-minta ke Anak
Fisiknya yang sudah menua seakan tidak membuatnya gentar untuk terus berjalan sepanjang yang ia mampu demi menjual balon
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sudah delapan tahun Abah Tarma (94) mengelilingi jalanan Kota Kembang untuk bertahan hidup mencari sesuap nasi dengan cara menjual balon.
Fisiknya yang sudah menua seakan tidak membuatnya gentar untuk terus berjalan sepanjang yang ia mampu demi menjual balon yang dibawa olehnya dari rumah.
Hasrat hati tentu berharap balonnya habis terjual, namun rezeki sudah diatur Tuhan yang Maha Kuasa, ia pun memilih pasrah dan tetap bersyukur meski balonnya dalam satu hari tak laku terjual.
Selain itu suaranya begitu berat menjawab pembeli yang menghampiri dan kemampuan pendengarannya sudah mulai berkurang.
Langkahnya nampak begitu berat, kakinya kusam, menggunakan sandal japit yang sudah mulai dekil.
Ketika ditemui TribunJabar.co.id, di Jalan Sultan Agung Tirtayasa, Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Abah Tarma menceritakan bahwa dia sangat bersyukur bisa berjualan balon ketimbang harus mengemis di jalanan.
"Malu lah kalau ngemis, selagi bisa berusaha kenapa harus mencari rezeki dengan berharap belas kasihan," ujar Abah Tarma kepada TribunJabar.co.id, di Jalan Sultan Agung Tirtayasa, Senin (31/7/2017).
Selain itu ia mengaku enggan jika harus minta pada anak anaknya yang sudah punya kesibukan dan keperluannya masing masing.
Sekarang lansia asal Kabupaten Garut ini mengontrak di rumah petak di kawasan Jalan Progo Kota Bandung.
Setiap hari ia harus meniup balon untuk dijual, padahal diakuinya ia sudah tidak sanggup untuk meniup balon-balonnya.
Balon dengan beberapa figur kartun ia jual seharga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu.
Ia mengatakan biasanya balonnya ditawarkan ke orang dewasa yang sedang membawa anak kecil.
Sehari dirinya membawa lima sampai 10 balon, tetapi hanya laku dua atau tiga balon dan jika sedang sepi balon itu kembali dibawa pulang dengan utuh.
Untuk berjualan balon itu dari pagi ia harus berkeliling berjalan kaki di sekitar Taman Lansia, Jalan Sultan Agung Tirtayasa dan sore harinya jika masih bertenaga ia berjalan hingga ke Simpang Dago. (*)