Kisah Sakeus, Bisa Kuliahkan Anak dan Beli Rumah dan Mobil dari Hasil Usaha 17 Tahun Jualan Koran
Di belakangnya juga ada koran berbagi merek tergantung pakai jepitan besi, yang dikaitkan ke paku di dinding.
Editor: Hendra Gunawan
Bisnis yang ditekuni Sakeus menerapkan prinsip saling menguntungkan.
Bahkan, dia punya prinsip memakmurkan para pengecer koran atau loper.
Keuntungan penjualan lebih besar diberikan kepada 34 loper dalam jaringannya, yakni rata-rata Rp 1.000 per eksampelar koran.
Dalam praktiknya, harga koran yang bandrol Rp 3.000, kecuali Tribun Medan Rp 1.000, harga jual di Kabanjahe rata-rata Rp 4.000 per eksampelar, sedangkan di pedesaan mencapai Rp 6.000 per eksampelar.
Setiap loper dibatasi jatah rabat atau retur maksimal lima persen.
Contoh, loper membawa 100 koran, wajib terjual 95 dan sisa tidak terjual yang dapat dikembalikan ke agen, maksimal lima eksampelar.
Hasil Jualan Koran
Sakeus tidak melulu menceritakan tentang sukses.
Ia juga menyinggung risiko bisnis koran.
"Ada juga risiko rugi lainnya. Kalau ada musibah, jalan putus, misalnya. Pasti koran tidak tersalurkan maka saya merugi," katanya. Buyung dan Tandi Simamora dua loper Sakeus, sempat beribincang-bincang dengan Tribun Medan/Tribun-Medan.com.
Sama seperti Sakeus, Buyung mengaku sudah 17 tahun menjalani usaha jualan koran.
Ia berjualan saban hari kerja, Senin sampai Sabtu. Adapun hari Minggu libur.
"Enaknya, mencukupi untuk dapur. Saya bisa membiayai sekolah anak-anak," ujar Buyung, ayah empat anak tersebut.
Anak sulungnya menempuh pendidikan kelas 2 SMA di Palembang, Sumatera Selatan, tinggal di rumah neneknya.
Anak keduanya duduk ke kelas III SMP, disusul anak ketiga di kelas V SD, dan si bungsu masih TK.