Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Sakeus, Bisa Kuliahkan Anak dan Beli Rumah dan Mobil dari Hasil Usaha 17 Tahun Jualan Koran

Di belakangnya juga ada koran berbagi merek tergantung pakai jepitan besi, yang dikaitkan ke paku di dinding.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Sakeus, Bisa Kuliahkan Anak dan Beli Rumah dan Mobil dari Hasil Usaha 17 Tahun Jualan Koran
Tribun Medan/Domu Ambarita
Sakeus Sembiring Pelawi, agen tunggal Koran dan Majalah S Pelawi di Jalan Kapten Bangsi Sembiring, Desa Laucimba, Kecamatan Kabanjahe Kota, Kabupaten Karo. 

"Alhamdulillah ini semua, hasil jualan koran. Semua penghasilan sari loper koran," tutur Buyung sembari menyebut saban hari ia menjual 120 eksampelar koran. "Penghasilannya rata-rata Rp 200 ribu -Rp 250 ribu," ucapnya sembari menyebut wilayah edar di Kabanjahe.

Loper lainnya, Simamora mengaku, memasarkan rata-rata 80 eksampelar koran per hari.

Simamora sudah 20 tahun menjalankan usaha, meneruskan bisnis orangtuanya.

Wilayah edar korannya adalah Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Namantram, dekat kaki Gunung Sinabung.

"Usaha cukup tiga jam sehari, jam 10 sampai jam 12. Saya melayani pembeli harian, mingguan dan bulanan. Saya melayani 10 desa di kaki Gunung Sinabung," ujarnya sembari menyebut penghasilan rata-rata Rp 80 ribu per hari.

Semua pelaku usaha di bidang pemasaran koran di atas, baik Sakeus, Buyung dan Simamora menyadari adanya pengaruh kemajuan teknologi terutama media online, media sosial dan telepon seluler pintar (smartphone) berikut aplikasi Android mulai memengaruhi perilaku hidup konsumen media.

Walaupun demikian, sejauh mereka tetap gigih melayani pembaca media massa di pedesaan, karena prospeknya masih baik.

Berita Rekomendasi

Memang mereka akui, ada tanda-tanda sunset atau senjakala media cetak.

Tanda-tanda itu, misalnya, dibandingkan lima tahun silam, kejayaan bisnis media cetak kini mulai menurun. Pengurangan omzet penjualan sekitar 20 persen.

Selain kemungkinan masyarakat mulai beralih ke media dalam jaringan internet (online) didukung aplikasi Android pada smartphone yang mengenakkan dan memanjakan konsumen, penyebab lain adalah musibah erupsi Gunung Sinabung yang bertahun-tahun sehingga mengganggu perekonomian masyarakat karo yang mengandalkan pertanian dan perdagangan hasil bumi.

"Sampai saat ini, jualan koran masih prospek, dipasarkan ke desa-desa. Mungkin lima tahun ke depan masih bisa, tapi di kota, sudah mulai lesu. Mungkin karena pengaruh Android," kata Sakeus.

Sakeus menyebut, dalam lima tahun terakhir, terjadi penurunan penjualan.

Hal ini diperkuat Simamora.

"Dulu saya bisa bawa 200 koran. Belakangan, mungkin pengaruh (erupsi) Sinabung, jadi hanya 80 lembar saja. Dulu penghasilan saya bisa Rp 200 ribu per hari, sekarang tinggal Rp 80 ribu. Ya, cukuplah, untuk tambahan. Selebih saya berladang," katanya.

Walaupun menghadapi perubahan zaman, Sakeus, Buyung dan Simamora terus bernovasi, optimistis dan pantang menyerah adalah semangat para pemanang.

Baru-baru ini, mereka mempraktikkan penjualan sistem bundling, satu paket. Dua koran seharga Rp 5.000 di Kota Kabanjahe.

Sedangkan di pelosok, harga dinaikkan lagi, di atas bandrol yang tertulis di koran.

Teruslah berjaya para loper dan agen koran. (domu d ambarita)

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas