Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kerajinan Pisau Batik Diekspor ke Luar Negeri, Ini Kesulitan Perajinnya

Kebanyakan para pembeli menjadikan produk Diman ini sebagai souvenir, cinderemata, atau untuk keperluan lainnya.

Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Membatik menggunakan media kain mungkin sudah biasa bagi Darmo Sudiman.

Pria asal bangunjiwo, Kasihan, Bantul itu, lantas membuat terobosan. Ia membatik di permukaan mata pisau atau gagangnya. Alhasil, pisau diubahnya jadi karya seni bernilai tinggi.

Tercatat 200 motif dan corak batik yang sering ia aplikasikan pada pisau. Misalnya, Parang Gondosuli, Parang baris, Parang Centhong, Parang Curiga, hingga Parang Pancing.

Tanpa meninggalkan fungsi asli, pisau batik ini nyatanya juga tajam mengiris, menyayat hingga memotong.

Kini, kerajinan pisau batik sudah diekspor ke sejumlah negara. Misalnya, Malaysia dan Perancis.

Meski dibantu 9 karyawan, Darmo mengaku masih kewalahan menuruti permintaan pasaran luar negeri. Khususnya Malaysia.

Berita Rekomendasi

Diman mengatakan, dalam jangka dua bulan mesti mengekspor sebanyak 250 kodi. Angka itu sampai saat ini belum mampu dicukupi Darmo. Ia hanya mampu mengirim 150 kodi.

Sementara untuk ekspor ke Perancis, Darmo mengaku masih mampu mencukupi permintaan 30 boks yang berisi empat buah pisau buah ukir.

Baru delapan tahun ini Darmo membatik di logam pisau. Sementara, untuk kerajinan pembuatan pisaunya sendiri sudah ia tekuni sejak tahun 1996.

Mulanya, ia hanya membatik di gagang pisau. Karena dinilai kurang menantang, akhirnya Diman mencoba inovasi baru dengan membatik di logam pisau.

"Sebagai seorang perajin jangan tanggung-tanggung, buatlah inovasi agar terus mendapatkan pasar," ujarnya, Selasa (12/9/2017).

Tak langsung mulus begitu saja usaha yang dirintis Diman. Ia mengaku menemui kegagalan hingga 2 tahun dalam menciptakan pisau batik

Membatik di logam pisau, kata Diman, sama persis dengan membatik pada umumnya. Dibutuhkan malam dan perendaman selama 24 jam untuk menghasilkan sebuah motif batik.

Tak perlu risau bilamana motif-motif batik itu akan hilang karena sering digunakan, sebaliknya Diman mengklaim semakin sering digunakan maka semakin mengkilap motif batiknya.

Satu buah pisau batik berukuran kecil, Darmo membanderol dengan harga mulai dari Rp 7.500 sampai Rp 20.000. Sedang untuk pisau berukuran sedang hingg besar dihargai Rp 30.000 sampai dengan Rp 500.000.

Tampilan pisau akan semakin menarik dengan tambahan sarung dan wadahnya yang tak luput dari sentuhan batik. Kini, Diman tinggal menuai hasil jerih payahnya mempopulerkan pisau batiknya.

Di tempat dia yang beralamat di RT 3 Krengseng Bangunjiwo Kasihan Bantul ini, dari mulai golok, pisau dapur, pisau buah, hingga parang bermotif batik sudah mampu ia ciptakan.

Kebanyakan para pembeli menjadikan produk Diman ini sebagai souvenir, cinderemata, atau untuk keperluan lainnya.(*) 

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas