Haji Harno Memilih Hidup di Tengah Hutan Bakau dan Air Laut
Seorang pria paruh baya sibuk membenahi jaring di depan rumah yang terletak di rimbunnya hutan bakau di Desa Bedono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Reporter Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNNEWS.COM, DEMAK - Seorang pria paruh baya sibuk membenahi jaring di depan rumah yang terletak di rimbunnya hutan bakau di Desa Bedono, Sayung, Demak.
Dirinya seolah terbiasa dengan wisatawan yang berlalu-lalang dengan perahu di kawasan ekowisata tersebut.
Baca: Sempat Kaya Raya dengan Batu Ajaibnya, Ini 5 Fakta Kehidupan Ponari Sekarang
Tak sedikitpun ia menoleh dan tetap fokus dengan jaringnya.
Sekililing rumahnya dikepung air dan tanaman mangrove.
Dari luar tampak televisi di dalam rumah dibiarkan menyala tanpa ada yang menonton.
Pria itu adalah Harno, seorang nelayan yang memutuskan untuk tetap tinggal di ekowisata hutan mangrove di saat warga lain direlokasi.
Sayangnya, ia enggan untuk di wawancarai.
Ismail, salah satu pengelola ekowisata mangrove Desa Bedono menjelaskan, Harno memang bekerja sebagai nelayan.
"Kalau dilihat di sini ya dia sepertinya kasihan, namun dia juga punya rumah di kawasan relokasi di Sayung, keluarganya termasuk mampu, bahkan dia sudah Haji," jelas Ismail.
Menurutnya Haji Harno, sapaan akrab pria yang tinggal di tengah hutan bakau itu hanya pulang ke rumah relokasi pada hari Jumat saja.
"Ya gimana lagi, memang menurutnya rezekinya di sini meski seorang diri, di hutan, dan kemana-mana harus pakai perahu ya dijalani," beber Ismail.
Di lain sisi, Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Muhammad Faizin membenarkan ada dua dukuh yang tenggelam dan ditinggalkan warganya.
"Dua dukuh itu Rejosari dan Tambaksari ada 300 KK yang kemudian direlokasi dan pindah namun memang masih ada dua yang bertahan di Tambaksari," beber Faizin. (*)