Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Haji Harno Memilih Hidup di Tengah Hutan Bakau dan Air Laut

Seorang pria paruh baya sibuk membenahi jaring di depan rumah yang terletak di rimbunnya hutan bakau di Desa Bedono

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Haji Harno Memilih Hidup di Tengah Hutan Bakau dan Air Laut
Tribun Jateng/Rival Almanaf
Haji Harno membenahi jaring di depan rumahnya yang dikepung air laut dan hutan bakau, Senin (18/9/2017) 

Laporan Reporter Tribun Jateng, Rival Almanaf

TRIBUNNEWS.COM, DEMAK - Seorang pria paruh baya sibuk membenahi jaring di depan rumah yang terletak di rimbunnya hutan bakau di Desa Bedono, Sayung, Demak.

Dirinya seolah terbiasa dengan wisatawan yang berlalu-lalang dengan perahu di kawasan ekowisata tersebut.

Baca: Sempat Kaya Raya dengan Batu Ajaibnya, Ini 5 Fakta Kehidupan Ponari Sekarang

Tak sedikitpun ia menoleh dan tetap fokus dengan jaringnya.

Sekililing rumahnya dikepung air dan tanaman mangrove.

Dari luar tampak televisi di dalam rumah dibiarkan menyala tanpa ada yang menonton.

Berita Rekomendasi

Pria itu adalah Harno, seorang nelayan yang memutuskan untuk tetap tinggal di ekowisata hutan mangrove di saat warga lain direlokasi.

Sayangnya, ia enggan untuk di wawancarai.

Ismail, salah satu pengelola ekowisata mangrove Desa Bedono menjelaskan, Harno memang bekerja sebagai nelayan.

"Kalau dilihat di sini ya dia sepertinya kasihan, namun dia juga punya rumah di kawasan relokasi di Sayung, keluarganya termasuk mampu, bahkan dia sudah Haji," jelas Ismail.

Menurutnya Haji Harno, sapaan akrab pria yang tinggal di tengah hutan bakau itu hanya pulang ke rumah relokasi pada hari Jumat saja.

"Ya gimana lagi, memang menurutnya rezekinya di sini meski seorang diri, di hutan, dan kemana-mana harus pakai perahu ya dijalani," beber Ismail.

Di lain sisi, Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Muhammad Faizin membenarkan ada dua dukuh yang tenggelam dan ditinggalkan warganya.

"Dua dukuh itu Rejosari dan Tambaksari ada 300 KK yang kemudian direlokasi dan pindah namun memang masih ada dua yang bertahan di Tambaksari," beber Faizin. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas