Gunung Agung dalam Catatan Lontar Bali, Pernah Meletus Dahsyat Tahun 1711
Menurut catatan lontar, gunung tertinggi di Bali ini pernah mengalami 15 peristiwa yang mengarah ke letusan sebelum 1963.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Gunung Agung selama ini hanya diketahui sempat meletus sebanyak empat kali dari tahun 1808, 1821, 1843, dan 1963.
Namun, menurut catatan lontar, gunung tertinggi di Bali ini pernah mengalami 15 peristiwa yang mengarah ke letusan sebelum 1963.
Bahkan, dalam catatan lontar Bali, letusan yang serupa tahun 1963 juga tercatat terjadi pada tahun 1711.
"Fakta" baru tersebut terungkap dalam diskusi Hanacaraka bertajuk "Catatan Gunung Agung dalam Lontar-lontar Bali" yang digelar pada Senin (2/10/2017) di Jalan Gatot Subroto Barat, Denpasar.
"Bencana yang dicatatkan dari tiga naskah yang saya amati dari Babad Bumi, Kalawasan, dan Tusan, itu baru berdirinya puncak Gunung Agung awal masehi. Kemudian di tahun 1002 itu terjadi bencana dan sampai ada 15 peristiwa sebelum 1963. Peristiwa itu mungkin mirip dengan 1963," kata peneliti lontar, Sugi Lanus, yang jadi salah satu pembicara dalam diskusi tersebut.
Baca: Setya Novanto Mengidap Penyakit Tumor Tenggorokan
Selain Sugi Lanus, diskusi tersebut juga mendatangkan kolektor lontar asal Karangasem, Ida I Dewa Gede Catra.
Dalam pemaparan materinya, Sugi Lanus menyampaikan catatan Gunung Agung dalam lontar melalui sebuah draf yang dikemas agak ilmiah.
Dari draf yang ia paparkan, dijelaskan tiga poin catatan tentang Gunung Agung, baik dari sisi mitologi, dan kosmologi, terkait sejarah tradisional, dan tentang catatan letusan Gunung Agung tahun 1963 menurut pandangan pendeta.
Secara mitologi, Sugi Lanus memaparkan bahwa dari beberapa lontar yang ia amati.
Banyak dibahas tentang Gunung Agung dan Gunung Batur adalah potongan dari puncak Gunung Mahameru di India.
Baca: Gamawan Fauzi Disebut Terima Honor Rp 10 Juta, Agun Gunandjar Rp 5 Juta
Dalam naskah tantu pagelaran, kata Sugi Lanus, disebutkan bahwa puncak Mahameru dibawa ke Jawa untuk menenangkan Pulau Jawa.
Sedangkan dalam naskah Usana Bali--yang merupakan naskah yang dikarang di Bali--menyebutkan bahwa puncak Mahameru dibawa ke Bali untuk menenangkan Bali yang bergoyang-goyang seperti daun mengambang di tengah lautan.