Ayahnya Jadi Figur Google Doodle, Butet Kertaradjasa: Ini Bentuk Penghormatan Dunia
Suasana di kompleks Padepokan Bagong Kussudiardja di Kasihan, Bantul pada Senin (9/10/2017) siang tampak lengang.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS, BANTUL - Suasana di kompleks Padepokan Bagong Kussudiardja di Kasihan, Bantul pada Senin (9/10/2017) siang tampak lengang.
Tidak ada acara khusus untuk memperingati momen hari ulang tahun maestro seni tari, lukis dan koreo tanah air tersebut.
Padahal, google merayakannya.
Hal ini dibenarkan oleh seorang putra Bagong, Butet Kertaradjasa bahwa tidak ada acara di hari ulang tahun almarhum.
"Tidak ada acara, tahun depan saat usia 90 tahun almarhum baru ada acara, seperti pameran, sudah kita siapkan planning mulai sekarang," kata Butet di rumahnya tak jauh dari padepokan.
Kemunculan sang ayah dalam laman utama google menurut Butet sudah seperti bentuk perayaan yang spesial.
Bagong yang digambarkan dengan rupa kartun memakai kacamata khas sembari membawa kuas dengan background lukisan adalah bentuk pengakuan dunia atas eksistensi almarhum.
Butet sebenarnya sudah melakukan komunikasi dengan pihak google sejak Mei lalu lewat email.
Komunikasi dilakukan atas inisiatif google sendiri untuk meng-upload artikel dan foto soal Bagong.
Komunikasi berlanjut, sampai konfirmasi soal kesesuaian data dan izin dari pihak keluarga.
Perjanjian berisi jaminan jika nantinya tidak akan ada konflik setelah google meng-upload perihal Bagong lalu menjadi penutup komunikasi kedua pihak.
"Saya lihat google memang serius dan teliti sebelum mengapload informasi soal almarhum, saya apresiasi upaya ini," kata Butet.
Namun Butet hanya diberitahu google, bahwa artikel soal Bagong akan diupload saat Bulan Oktober.
Ia tak menyangka, bahwa akan dilakukan bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
Sejak diunggah google, ucapan selamat pun muncul kepada pihak keluarga termasuk Butet.
Jauh lebih penting dari ini, Butet melihat yang dilakukan google sebagai bentuk penghormatan dunia atas loyalitas dan eksistensi almarhum sebagai bagian dari perkembangan seni itu sendiri.
Juga bentuk counter atas upaya penggelapan nama terhadap almarhum di bidang seni.
Karena dari pengamatan Butet, dewasa ini nama Bagong sebagai tokoh seni seringkali dilupakan.
Padahal perannya cukup besar dalam mengembangkan seni itu sendiri.
"Jadi saya tidak perlu teriak mengatakan siapa itu Bagong, google sudah melakukannya, dan arsip digital punya keabadian tinggi," kata Butet. (*)