Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Berbekal Beras, Garam dan Sapu Lidi Abah Ade Mampu Kendalikan Angin dan Hujan

Kakek 70 tahun ini mengaku bisa mengusahakan agar langit sesuai keinginan pemesan jasanya.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Berbekal Beras, Garam dan Sapu Lidi Abah Ade Mampu Kendalikan Angin dan Hujan
Tribun Jabar/Seli Andina Miranti
Abah Ade, pawang hujan yang ditemui Tribun Jabar di acara penutupan Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD), Kamis (26/10/2017). TRIBUN JABAR/SELI ANDINA MIRANTI 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Seli Andina

TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG - Kakek ini biasa dipanggil Abah Ade. Profesinya adalah pawang hujan.

Kakek 70 tahun ini mengaku bisa mengusahakan agar langit sesuai keinginan pemesan jasanya.

"Misalnya mau cerah, jangan sampai ada hujan, boleh, atau mau agak berawan biar sejuk, boleh," ujar Abah Ade ketika ditemui Tribun Jabar di Desa Sukarapih, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jumat (27/10/2017).

Abah Ade bercerita, kebanyakan pemesan jasanya adalah even-even organizer dan instansi-instansi pemerintahan.

Nama Abah Ade sudah terkenal hingga jauh, bukan hanya di Sumedang, tetapi hingga Yogyakarta, Semarang, bahkan hingga Sulawesi.

Baca: Polisi Tangkap Dua Perempuan Penganiaya Tamara Blezenski di Rumah Makan

BERITA REKOMENDASI

Dia mengungkapkan, ilmu untuk 'mengatur' hujan bukanlah ilmu instan, dibutuhkan banyak waktu untuk mempelajarinya.

Dia mengaku mendapatkan ilmu mengatur hujan dari sang kakek dan merupakan ilmu turun temurun di keluarganya.

"Kakek saya yang mengajarkan bagaimana caranya mengatur angin," ujar Abah Ade ketika ditemui Tribun Jabar di desa Sukarapih, kecamatan Sukasari, kabupaten Sumedang, Jumat (27/10/2017).

Dasar untuk menjadi pawang hujan yang diajarkan sang kakek, Abah Ade mengungkapkan, terletak pada bagaimana cara mengatur angin.

Baca: Jenazah Korban Sulit Dikenali, Polisi Andalkan Tes DNA

Angin tersebut yang digunakan untuk mendekatkan atau menjauhkan awan dari lokasi-lokasi tertentu.

Abah Ade mengungkapkan, setiap pawang hujan memiliki cara dan alat yang berbeda-beda untuk mengatur hujan.

Ada yang perlu menggunakan sesajen, kopi hitam, teh pahit, ada pula yang menggunakan darah ayam, tergantung caranya masing-masing.

"Kalau saya tidak ribet, alatnya hanya beras, garam, dan sapu lidi," ujarnya.

Beras dan garam disebarkan di empat penjuru arah mata angin pada waktu-waktu tertentu selama acara berlangsung, sementara sapu lidi dibawanya ke mana-mana.

Sayangnya abah Ade menolak untuk memberitahu detail cara yang dilakukannya untuk mengatur hujan.

"Takut ada yang belajar dan digunakan bukan untuk kebaikan," ujarnya.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas