Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kondisinya Sudah Mengkhawatirkan, Banyak Warga Tak Beran Lewat Jembatan Gantung Sungai Progo

Jembatan gantung yang berada di Kelurahan Ngembik untuk menyeberangi Sungai Progo dinilai sudah tidak layak lagi digunakan.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kondisinya Sudah Mengkhawatirkan, Banyak Warga Tak Beran Lewat Jembatan Gantung Sungai Progo
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Jembatan gantung yang berada di Kelurahan Ngembik, Kecamatan Magelang Utara, yang menghubungkan dua wilayah Kabupaten dan Kota Magelang melalui Sungai Progo dinilai sudah tidak layak lagi digunakan.

Kondisi jembatan gantung yang terbuat dari kayu disambungkan dengan tali besi tersebut sudah mengalami kerusakan dan penyusutan fungsi.

Berdasarkan pantauan Tribun Jogja, sejumlah papan kayu sebagai alas jembatan banyak yang copot. Sementara tali besi atau sling yang menyambungkan jembatan juga telah usang dan berkarat.

Warga yang setiap hari melintasi jembatan yang dibangun sejak tahun 1980 tersebut merasakan was-was dan khawatir akan keamanan jembatan.

''Saya setiap hari lewat jembatan ini merasakan takut karena banyak papan yang berlubang. Terlebih banyak sekali warga yang melintas, tidak hanya pejalan kaki namun juga kendaraan bermotor, sehingga kalau berpapasan sering tidak muat, dan bergoyang keras," ujar Thohim, (80) warga Kelurahan Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jumat (24/11).

Baca: Heboh, Benarkah Roro Fitria Buka Praktik Spiritual di Studionya?

Hal yang sama juga dirasakan oleh Jeremia, warga Pakelan, Kecamatan Mertoyudan yang kerap melintasi jembatan tersebut.

BERITA TERKAIT

Dikatakannya, dengan lebar jembatan hanya sekitar dua meter dan panjang 115 meter, jembatan tersebut dinilainya sempit, dan tak cukup untuk kendaraan berjalan beriringan ataupun saat berpapasan dari dua arah.

Padahal dikatakannya, setiap pagi hampir puluhan sampai ratusan warga yang melintasi jembatan yang menghubungkan Kelurahan Ngembik, Kota Magelang dengan Kelurahan Rejosari, Kecamatan Bandongan di Kabupaten Magelang tersebut, baik dari kota menuju kabupaten, atau sebaliknya.

Kondisi ini diperparah dengan hujan yang terus mengguyur dan membuat licin jembatan tersebut.

Dikatakannya, tidak sedikit, warga yang terpeleset karena licinnya jembatan gantung tersebut. Hal tersebut dinilainya berbahaya bagi pengguna jalan.

Dia pun meminta agar dilakukan perbaikan karena menyangkut keselamatan masyarakat.

Baca: Gaya Hidup Mewah Pengacara Novanto, Sekali ke Luar Negeri Habiskan Rp 5 M, Beli Tas Hermes Rp 1 M

"Waktu jam masuk dan atau pulang sekolah atau kerja, jembatan itu selalu penuh. Padahal kalau dilihat sudah usang."

"Kami khawatir dengan keamanan dari jembatan penghubung tersebut, kami takut kejadian jembatan putus itu terulang kembali. Oleh karena itu kami harapkan ada perbaikan," tuturnya.

Operator Jembatan Progo, Lestari Wahyuni (39), warga Dusun Karangluh, Desa Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, membenarkan jika jembatan gantung Progo tersebut memang sudah usang dan mengalami penyusutan fungsi.

Hal ini disebabkan usia dari jembatan yang sudah tua, kini berumur kurang lebih 29 tahun sejak dibangunnya pada tahun 1988.

Padahal dikatakannya, jembatan gantung tersebut setiap hari hampir dilewati oleh sekitar 400 orang baik dari arah Kota Magelang maupun ke arah Kabupaten Magelang, sementara perawatan tak rutin dilaksanakan.

Akibatnya, sejumlah bagian jembatan mulai mengalami kerusakan akibat termakan usia dan penggunaan yang berlebihan.

"hampir 400 orang yang menyeberang jembatan ini setiap hari, biasanya pada waktu pagi hari saat berangkat sekolah dan jam pulang kantor, jembatan ini tampak penuh dan padat."

"Sementara jembatan ini hanya mampu mengangkut beban kurang dari 20 orang, dan beberapa motor" ujar wahyu.

Lanjut Wahyu, kendati mengalami penyusutan fisik akibat usia dan penggunaan jembatan, upaya renovasi hanya beberapa kali dilaksanakan.

Satu kali renovasi dilakukan pada tahun 2011 lalu, itu dikarenakan kecelakaan jembatan putus yang menyebabkan 20 orang luka, dan 11 motor ikut terjun ke dasar sungai dari ketinggian tujuh meter.

Akibat kecelakaan jembatan putus itu terdapat rencana untuk membangun jembatan permanen di sisi barat jembatan gantung Progo tersebut.

Namun hingga dua tahun lamanya sejak tahun 2015, rencana tersebut hanya menjadi wacana dan tak kunjung direalisasikan.

"Pemerintah tidak pernah memberikan bantuan atau apapun, padahal kendati sebagai jalur alternatif, keberadaan jembatan ini sangat penting, dan memberikan akses bagi masyarakat baik dari Kota maupun Kabupaten Magelang," ujar Wahyu.

Dikatakan oleh Wahyu, pihaknya mengharapkan pemerintah dapat turun tangan dengan segera melakukan renovasi, atau merealisasikan jembatan penyeberangan yang baru yang bersifat permanen.

Pembangunan jembatan juga diharapkan dapat sesuai dengan jumlah warga maupun kendaraan yang melintas, sehingga akses warga dapat berjalan dengan lancar.

"Jika ingin membangun jembatan, bisa segera direalisasikan, atau jika masih ingin menggunakan jembatan ini dapat dilakukan renovasi."

"Selama ini warga hanya menggunakan dana swadaya, dan pemerintah kami minta dapat mendorong agar jembatan dapat direalisasikan," tuturnya.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas