Serunya Berwisata Susur Sungai untuk Mempelajari Budaya
Para peserta Seminar International Sastra Indonesia ramai berkumpul di Dermaga Apung, Jalan Pierre Tendean, Banjarmasin, Jumat Pagi (8/12/2017).
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Para peserta Seminar International Sastra Indonesia ramai berkumpul di Dermaga Apung, Jalan Pierre Tendean, Banjarmasin, Jumat Pagi (8/12/2017).
Puluhan peserta tersebut berencana menuju pasar terapung Lok Baintan untuk menikmati wisata susur sungai sekaligus menambah wawasan tentang sungai.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin, Zulfaisal Putera mengatakan sebagai penyelenggara, pihaknya sengaja memilih wisata susur sungai. Terlebih itu berhubungan materi dalam seminar yang membahas tentang sungai.
"Kami ingin mengenalkan sungai. Kemudian mengenalkan budaya kehidupan pasar terapung. Tujuannya pun ke pasar terapung Lok Baintan karena disana tempat pasar terapung khas Kalimantan Selatan," ucap Zul.
Baca: Bocah Jepang Berusia 3 Tahun Hilang Setelah Ditinggal 10 Menit oleh Orangtuanya di Dalam Mobil
Ia menambahkan ada tujuh perahu yang membawa para peserta menuju wisata traditional itu. Terlihat para peserta begitu antusias. Mereka bahkan telah bangun pagi hanya untuk menyaksikan budaya traditional Kalimantan Selatan.
Begitu juga para narasumber Seminar International Sastra Indonesia yang mengikuti acara susur sungai itu. Khususnya Chantal Ttope B Litt atau yang akrab disapa Chantal, pemateri dari Italia.
Ia nampak senang dan menikmati wisata susur sungai tersebut. Bahkan ketika dalam perjalanan menuju pasar terapung, perempuan berdarah Italia itu berpose ria di atas perahu yang ia naiki untuk difoto.
Sesampainya di Lok Baintan, bukannya membeli atau menawar jajanan yang disediakan, Chantal malah langsung menaiki perahu acil jukung. Ia berkeliling kawasan pasar terapung bersama acil jukung yang ia tumpangi.
Diakui perempuan berambut pirang itu, Banjarmasin khususnya wisata traditional pasar terapung Lok Baintan begitu menarik. Hanya saja dikatakannya air sungai Martapura keruh.
Baca: Enam Orang Suspect Difteri Dirawat di RSUD Tangerang
"Aku saja gak mau buang sampah di sungai. Tadi sudah dibilang ibunya tidak apa-apa membuang disungai, tapi aku tidak mau," ucap Chantal sembari memperlihatkan sampah kulit jeruk yang ia makan.
Sebagai wisatawan sekaligus penikmat sastra sungai, ia mengatakan sungai martapura sangat luar biasa. Terlebih karena masih bisa dipakai untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu ia juga belum pernah menemukan hal yang sama di negara lain. Terlebih pasar terapung dikatakan Chantal satu hal yang unik di Indonesia.
"Kalau di Italia banyak sungai tapi sudah tidak dimanfaatkan," ucap Chantal.
Baca: 27 Pasien Difteri Dirawat di Jakarta, Dominan Anak - Anak
Banyak yang dianggap Chantal menarik tentang Banjarmasin dan pasar terapung. Utamanya ibu-ibu pasar terapung yang dikatakan Chantal ramah dan cantik. Ia juga begitu menikmati berada diatas perahu acil pasar terapung. (Banjarmasin Post/Isti Rohayanti)