Ganasnya Sungai Mahakam, Sulitkan Pencarian Korban Tenggelam
Selain menyisir sungai, personel SAR dari Detasemen B Pelopor Brimob Polda Kartim juga melakukan pencarian dengan penyelaman
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Tim SAR gabungan hingga saat ini belum dapat menemukan korban tenggelam di sungai Mahakam. Bahkan, sejumlah kendala di hadapi personel SAR yang melakukan pencarian.
Berbagai unsur SAR terlibat dalam melakukan pencarian terhadap Hairuddin (25), warga Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang diketahui tenggelam di sekitar perairan jalan Bung Tomo, Samarinda Seberang, sekitar pukul 10.30 Wita, Rabu (3/1).
Selain melakukan pencarian dengan menyisir sungai, personel SAR dari Detasemen B Pelopor Brimob Polda Kartim juga melakukan pencarian dengan penyelaman.
Dua alat selam lengkap difungsikan Brimob guna mencari korban.
Namun, hingga pukul 18.00 Wita, korban belum juga ditemukan. Kaden B Pelopor Brimob Polda Kaltim, AKBP Dieno Hendro Widodo, melalui Danki SAR IPTU Elan Suherlan menjelaskan, selama pencarian dengan penyelaman, personelnya kesulitan dalam melakukan pencarian.
Baca: Kisah Haru Warga Jeneponto Yang Tenggelam Di Sungai Mahakam
Sulitnya pencarian dikarenakan arus sungai Mahakam yang deras, lalu jarak pandang nol, yang mengakibatkan personelnya hanya meraba-raba saja saat melakukan penyelaman.
"Tadi habis pasang, jadi arus sangat deras, lalu jarak pandang nol, tidak bisa sama sekali melihat, jadi hanya meraba-raba saja. Selain itu, banyak kayu, ranting pohon, yang menghalangi pencarian," ucapnya, Rabu (3/1/2018).
Selain itu, kondisi tanah sungai Mahakam yang berlumpur, juga menyulitkan pencarian, hal itu diperparah dengan terdapatnya palung yang kedalamanya mencapai 7 meter.
"Belumpur dan ada palung di bawah, tapi kita bisa sampai ke bawah palung untuk mencari korban, namun hingga saat ini memang belum ditemukan korban," ungkapnya.
Baca: Mantan Bos Pertambangan Dihukum Penjara Seumur Hidup
Diberitakan sebelumnya, selama ini korban bekerja di salah satu perusahaan kelapa sawit, di Kota Bangun, namun karena tidak mendapatkan gaji selama bekerja, korban pun ke Samarinda mendatangi keluarganya, yang berada di gang 4, RT 22, jalan tersebut, pada 29 Desember tahun lalu.
"Tidak di gaji dia selama kerja di kelapa sawit, sekitar empat bulan di kerja di sana. Lalu, ke Samarinda ikut keluarga kerja tambang pasir," ucap Ipar korban, Rahmatiah (31).
Lanjut dia menjelaskan, sebelum korban diketahui tenggelam, korban terlihat seperti kebingunan. Kerap mondar mandir disekitar dermaga, yang berada tidak jauh dari rumah iparnya tersebut.
Dan, pagi itu, sekitar pukul 08.30 Wita, sebelum korban diketahui tenggelam korban sempat bolak balik dermaga, lalu korban juga sempat cuci pakaian, dan tidur-tiduran di ruang tengah rumah Rahmatiah.
"Dia juga sempat terlihat panas-panasan, sempat ditegur agar tidak panas-panasan, bahkan sempat ketawaan kami. Tapi memang dia terlihat kebingungan," ucapnya.
Bahkan, besok (4/1) rencananya korban dan temanya akan pulang kampung ke Jeneponto dengan menggunakan kapal laut. Korban juga diketahui telah lama ingin pulang, namun belum kesampain pulang.
"Sudah beli tiket, besok pulang ke Sulawesi. Sudah pernah menikah, anaknya satu, ada di Sulawesi. Mungkin, pikiranya sudah ada di Sulwesi, makanya terlihat seperti orang kebingungan. Tapi, setahu saya memang tidak ada masalah, dia juga sehat-sehat saja," ucapnya. (*)