Di Pesantren Reot Ini Kia Amin Hasilkan Pembaca Kitab Kuning Andal
Dalam tempo 8-20 bulan, santri dijamin sanggup membaca kitab ‘gundul’ secara lancar lengkap dengan makna dan gramatikanya.
Penulis: Sugiyarto
Pasalnya, setiap bab dalam Al-Ikhtishor ini berkaitan satu sama lain. Sehingga dalam dua kitab itu merupakan satu mata rantai yang tidak terputus."
"Kalau santri lupa soal bab sebelumnya, itu menutup jalan untuk bisa pada bab selanjutnya,” ujar Kyai Amin
“Karena antara satu bab dengan bab lainnya saling kait mengait, maka santri cukup belajar satu jam saja, agar dia tidak lupa dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya,” tambahnya.
Kiai Amin menuturkan, proses pengajaran Al-Ikhtishor dilakukan saban pagi secara privat, 4 mata antara dirinya dengan santri. Satu per satu santri mengaji dengannya.
“Di sini tidak ada masa pengajian bersama-sama dimulai. Kalau hari ini ada santri datang, berarti besok pagi dia mulai belajar. Jadi antara satu santri dengan santri lainnya, mulainya beda dan khatamnya juga beda,” tutunya.
Lalu untuk menguatkan ingatan santri, setiap ba’da Ashar digelar setoran hafalan, dan pada malam harinya santri diwajibkan muthala’ah yang dipimpin santri senior.
“Setiap satu bahasan dikaji tiga kali dalam satu hari,” terangnya.
Soal muthala’ah yang dipimpin santri senior, menurut Kiai Amin, cara ini ditempuh untuk menyiapkan santri senior agar bisa mengajar Al-Ikhtishor.
“Nanti manfaatnya dia ngajar Al-Ikhtishor sudah bisa,” terangnya.
Selain Al-Ikhtishor jumlah ismiyah dan fi’liyah, Kiai Amin juga menulis kitab kecil sebagai rujukan (maraji’) bagi dua kitab sebelumnya. Kitab berukuran kecil itu menukil dari sejumlah kitab Alfiah dan sharaf.
Jika sukses meng-khatamkan Al-Ikhtishor, santri sudah siap mengaji kitab kuning. Dalam praktik tersebut dibagi menjadi tiga tahapan, pemula, menengah, dan tinggi.
Masing-masing tahapan ditempuh selama 3 hingga 6 bulan. Pada tahap pemula, mengaji kitab Fathul Qarib. Tahap menengah kitab Tahrir dan tahap tinggi, mengaji kitab Nihayatuz Zayn.
Artinya, seorang santri dijamin mahir membaca kitab kuning dalam tempo 20 bulan. Yakni 2 bulan mengaji Al-Ikhtishor, dan 18 bulan mengaji tiga kitab.
Hasilnya boleh diuji. Muhammad Amir Hasan dan Ahmad Badawi misalnya, belum genap setahun nyantri, ia sudah lancar membaca kitab Fathul Qarib.