Polisi Masih Dalami, Kenapa 643 lembar KIP yang Ditemukan di Binatu, Tidak Sampai Ke Masyarakat
Polisi masih dalami, kenapa 643 lembar Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang ditemukan di sebuah Binatu di Surabaya, tidak sampai ke masyarakat.
Editor: Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA --- Penyidik Unit Reskrim Polsek Sukolilo dan Polrestabes Surabaya, terus menelusuri motif dibalik dibuangnya 643 lembar Kartu Indonesia Pintar (KIP), yang ditemukan di binatu milik Umi Kulsum di Jangkungan, Surabaya.
Langkah yang dilakukan itu karena ada indikasi KIP sebanyak 643 buah itu sengaja tidak dibagikan.
Padahal KIP tersebut harusnya dibagi ke dua kelurahan, dengan rincian untuk Kelurahan Gebang 220 buah, dan untuk Kelurahan Keputih 423 buah. Seluruh kartu tersebut seharusnya sudah bisa dibagikan tiba sejak April 2016.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudy Setiawan, menjelaskan lamanya rentang waktu itu justru menjadi pertanyaan bagi penyidik. Karena hampir dua tahun KIP tidak dibagi oleh Ahmad Zahri Hamid Romadhona, yang yang merupakan tenaga lepas PT SAP selaku penyalur KIP.
"Nah itu yang coba kami ungkap, kenapa selama April dua ribu enam belas sampai sekarang tidak dibagi," ujar Kombes Rudy kepada Surya.
Mantan Dirreskrimsus Polda Sumsel, mengatakan awalnya Hamid mengaku KIP itu tidak dibagi karena saat itu tidak ada pendamping dari pihak kelurahan untuk membagikannya. Karena untuk membagikannya harus ada dari pihak kelurahan.
Akhirnya sekarung KIP yang ditemukan itu disimpan di rumahnya hingga kini dan tidak dibagikan ke masyarakat yang berhak.
Apakah PT SAP yang mempercayakan pembagian KIP lewat Hamid tidak menanyakan apakah KIP sudah dibagi atau belum, hal itu masih menjadi fokus polisi.
PT SAP dalam penyaluran KIP lewat Hamid, mengakui ada MoU dengan pemerintah pusat. Namun dalam penyalurannya PT SAP ditengarai tidak mengontrol orang yang dipercaya di lapangan untuk pembagiannya.
"Itu yang akan kami ungkap mas. Seharusnya ada pertanggungjawaban bagaimana penyalurannya," jelasnya.
Apa ada motif lain sehingga KIP tidak dibagi ke masyarakat?
"Belum. Penyidikan masih berlangsung," jelasnya.
Hamid sendiri terus diperiksa karena program ini adalah program pemerintah. Hingga siang kemarin, Hamid statusnya masih saksi dan diperiksa secara marathon di Polsek Sukolilo untuk menguak apa maksud dari tidak disalurkannya KIP ke masyarakat.
Baca: Ancaman Luhut Untuk Mereka yang Mengkritik Pemerintah Sembarangan
Baca: Kartu Indonesia Sehat Tidak Berguna Bagi Korban Bom Bali, Chusnul Khotimah
Sampai saat ini, kata Kapolrestabes Surabaya sudah tujuh orang yang diperiksa sebagai saksi. Mulai dari pihak sekolah yang berhak menerima, siswa yang menerima hingga Hamid dan Umi Kalsum serta Kardi yang mengetahui pertama kali.
Terungkapnya penemuan KIP di Loundry milik Umi Kulsum berawal adanya khotmil quran di rumah Hamid asal Nginden pada 10 Maret lalu. Karena rumah Hamid penuh, satu sak berisi KIP dititipkan ke rumah Umi Kulsum. Karena ada barang lain menumpuk, akhirnya dilihat dan diketahui sak tersebut berisi KIP sehingga saat ada pendataan penduduk dilaporkan ke Bhabinkamtibmas.
Seperti diketahui, Polrestabes Surabaya melakukan penyelidikan penemuan satu karung berkas KIP. Polisi sudah memeriksa empat orang saksi guna mengungkap dugaan pembuangan KIP yang ditemukan di otlet laundry milik Umi di Sukolilo, Senin (19/3).
Pascapenemuan Polsek Sukolilo memeriksa sejumlah saksi. Dinas dan Kementrian terkait juga akan dimintai keterangan untuk menguak KIP yanv ditemukan oleh polisi.