Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cak Imin ke Rumah Buya Syafii Minta Doa Restu Maju sebagi Cawapres

Muhaimin Iskandar yang tak lain merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berkunjung ke kediaman Buya Syafii Maarif di Nogotirto, Gamping,

Editor: Sugiyarto
zoom-in Cak Imin ke Rumah Buya Syafii  Minta Doa Restu Maju sebagi Cawapres
TRIBUNJOGJA.COM / Panji Purnandaru
Muhaimin Iskandar (baju putih) saat berkunjung ke kediaman Buya Syafii Maarif (depan) di Nogotirto, Gamping, Sleman, Minggu (1/4/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Muhaimin Iskandar yang tak lain merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berkunjung ke kediaman Buya Syafii Maarif di Nogotirto, Gamping, Sleman, Minggu (1/4/2018).

Cak Imin sapaan akrabnya, mengunjungi mantan Ketua Umum Muhammadiyah tersebut untuk bersilaturahmi serta mememinta saran dan nasihat terkait jabatan Wakil Ketua MPR yang ia emban.

"Sebagai wakil ketua MPR mohon saran, masukan dan nasihat agar MPR ke depan menjalankan fungsi dengan baik," tuturnya.

Dalam pertemuan tertutup tersebut, sekaligus Cak Imin juga meminta doa restu dirinya mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden (Cawapres).

"Ya saya memohon doanya kepada Buya, kami menyiapkan diri siapa tahu bangsa ini memang membutuhkan," jelas Cak Imin yang hadir bersama rombongan pada pukul 11.30 tersebut.

Cak Imin pun berujar terkait persiapan Pemilu 2019 segala sesuatunya masih akan terjadi. Ia menyebutkan semua koalisi masih mungkin dan cair.

"Tinggal kita tunggu satu bulan ini kristalisasinya," ujarnya.

Berita Rekomendasi

"Sampai hari ini PKB sebagai bagian koalisi dari pemerintah masih Istiqomah masih konsisten dengan pak Jokowi muga-muga bisa terus," timpalnya.

Sementara Buya Syafii Maarif menjelaskan kehadiran Cak Imin hanya sebatas untuk bersilaturahmi antara anak muda dengan orang tua.

Buya pun tak berkomentar mengenai sosok pribadi dari Cak Imin.

Meski begitu, Buga Syafii menjelaskan diharapkan pada Pemilu 2019 tidak terjadi calon tunggal dan hanya melawan kotak kosong.

Jika hal tersebut terjadi bisa dikatakan demokrasi tidak sehat dan dikhawatirkan bisa memunculkan peluang otoriter.


"Saya tidak setuju calon tunggal, harus ada pengimbangnya. Kayak bupati atau wali kota melawan kotak kosong, itu nggak enak."

"Walaupun yang akan maju tidak akan menang, tapi demi demokrasi harus ada yang mengimbangi," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas