Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan Mencapai 44 Ribu Barel
Diperkirakan ada 44 ribu barel minyak mentah atau 6.995.441 liter yang tumpah ke perairan tersebut, akhir Maret lalu.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Putusnya pipa bawah laut Pertamina menyebabkan kawasan Teluk Balikpapan tercemar minyak.
Diperkirakan ada 44 ribu barel minyak mentah atau 6.995.441 liter yang tumpah ke perairan tersebut, akhir Maret lalu.
Perhitungan sementara ini terungkap saat rapat kunjungan kerja spesifik pimpinan komisi VII DPR-RI bersama direksi PT Pertamina (Persero) dan jajaran manajeman di Balikpapan, Jumat (27/4/2018).
Hal itu terungkap saat Eni Saragih, Ketua Tim Kunjungan Kerja Komisi VII, mempertanyakan seberapa banyak minyak mentah yang tumpah, akibat putusnya pipa bawah laut dari Terminal Lawe-lawe ke kilang Balikapan.
Menurutnya, perhitungan jumlah minyak yang tumpah, akan mempermudah menghitung berapa kerugian negara.
Menurut Budi Santoso Syarif, Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero), pada saat pembuatan laporan jumlah minyak yang tumpah, pihaknya telah menemui kesepakatan dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, soal berapa perkiraan awal tumpahan tadi.
Namun, karena tak mengetahui detail pasti, ia menyerahkan penjelasan pada Edy Januari Utama, Manager Engineering & Development RU 5.
Baca: Penyakit Diabetesnya Kambuh, Kedua Mata Zumi Zola Sulit Melihat
Menurut Edy, untuk menghitung jumlah minyak yang tumpah dari pipa bawah laut itu, pihaknya melakukan perhitungan berdasarkan perubahan keseimbangan massa dan laju air jumlah minyak dari tanki di terminal Lawe-lawe dan unit di kilang.
Dari terminal itu, minyak mentah di dorong oleh pompa turbin, dengan katup melewati pipa sekitar 4,5 km di dasar teluk melewati katup kedua di Balikpapan, dan didorong ke unit pengilangan.
"Untuk perkiraan awal yang kami sampaikan ke Dirjen Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah 44 ribu barrel, kami sudah lakukan nilai perhitungan awal," ujar Edy.
Eni rupanya tak puas dengan penjelasan tersebut.
Menurutnya, untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia, peralatan pengiriman dan sistem peringatan dini yang dimiliki perusahaan plat merah ini harus diperbaharui dengan yang lebih canggih.
Sehingga bisa menutup aliran otomatis jika terjadi kebocoran.
Menanggapi hal tersebut, Budi menjelaskan, sistem pengiriman dua pompa dari terminal Lawe-lawe ke Balikpapan, memiliki sistem proteksi diri sendiri.