Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wow, Indonesia Bamboo Community Sulap Bambu Jadi Berbagai Alat Musik, Bukan Hanya Angklung

Tak sembarangan Indonesia Bamboo Community (IBC) memilih bambu untuk dijadikan produk-produk kreatif seperti alat musik.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Wow, Indonesia Bamboo Community Sulap Bambu Jadi Berbagai Alat Musik, Bukan Hanya Angklung
TRIBUN JABAR
Indonesian Bambu Community 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Tak sembarangan Indonesia Bamboo Community (IBC) memilih bambu untuk dijadikan produk-produk kreatif seperti alat musik.

Kepala Produksi IBC, Malvino Purba Alam (37) mengatakan, mereka ingin menyelamatkan lingkungan hidup melalui bambu.

Dalam tulisan Tribun Jabar sebelumnya, diceritakan, komunitas IBC yang bermarkas di Jalan Melong Asih nomor 23, Cimahi Selatan, Cimahi, telah menghasilkan sejumlah produk bambu.

Di tangan para anggotanya, bambu yang hanya memiliki bentuk tabung memanjang, dapat disulap menjadi berbagai macam produk kreatif, seperti alat musik, aksesoris, furnitur dan berbagai macam produk lainnya.

Saat gelaran pameran Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) 2018 di Mal Cihampelas Walk, Jalan Cihampelas, Bandung, Rabu (9/5/2018), komunitas yang memiliki 20 orang anggota aktif ini, memamerkan beberapa produk unggulannya.

"Ada alasan khusus kami memilih bambu. Pertama Indonesia negara yang kaya akan bambu. Masih banyak bambu yang belum dieksplor," ujar Malvino.

Baca: Ketika 150 Nasi Bungkus Jadi Alat Negosiasi Rusuh Mako Brimob, Begini Faktanya

Berita Rekomendasi

"Kita juga tahu produk kayu masih sangat banyak. Zaman sekarang pun bahwa kayu sudah krisis. Kami peduli ke arah masa depan, karena itu kami ganti material kayu dengan bambu."

"Kami ingin mensosialisasikan bahwa kita bisa menyelamatkan lingkungan melalui pengurangan produk kayu," kata Malvino.

Selama merintis IBC sejak lima tahun lalu, lanjutnya, terdapat berbagai macam kendala yang menghampiri.

Mulai dari kekurangan dana pengembangan, hingga sulitnya menemukan partner yang satu visi.

"Ya kendalanya masih seperti usaha yang sedang berkembang. Misalnya, kesulitan mendapatkan dana pengembangan."

"Selain itu, ternyata cukup sulit untuk menentukan partner yang benar-benar satu visi dengan kita. Kebanyakan mereka (parnter) ingin bergabung dengan dan membuat kami di bawah manajemennya. Padahal kami juga ingin eksis," kata Malvino.

Namun, berbagai macam kendala itu pelan-pelan dapat diatasi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas