Pesan Terakhir Tutik Sebelum Terkena Bom, Minta Didandani Secantik Mungkin Saat Meninggal
Namun tak berapa lama kemudian, Tutik yang pernah menikah itu memilih hidup mandiri mencari rejeki di kota pahlawan.
Editor: Hendra Gunawan
Mendapatkan kabar buruk itu, Tri langsung menuju Surabaya. Nahas, setibanya di Mojokerto, Tri mendapatkan informasi, Tutik sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir di Rumah Sakit Angkatan Laut Surabaya.
Setibanya di Surabaya, Tri mendapatkan informasi saat kejadian, Tutik sementara duduk di teras gereja. Jarak antara teroris yang meledakan bom bunuh diri sekitar dua hingga tiga meter.
"Biasanya dia tidak duduk di teras usai misa. Biasanya wira-wiri menawarkan jualannya. Dia saat itu duduk sama temannya. Tiba-tiba dari arah depan datang rombongan teroris dan meledakkan bomnya," tandas Tri.
Akibat letusan bom itu, Tutik mengalami luka bakar hampir pada sekujur tubuhnya. Diagnosa dokter menyebutkan luka bakar pada tubuh Tutik mencapai 95 persen.
"Dokter sempat melakukan operasi untuk mengambil serpihan akibat bos yang mengena pada dada dan mukanya. Namun pukul 12 malam, almarhumah sudah meninggal dunia," jelas Tri.
Tutik dan Vespanya Terbakar Pasca Bom Meledak Bagi rekan-rekan satu gereja, Tutik merupakan sosok yang menyenangkan. Lantaran keterbukaan sikap dan suka bercanda, Tutik memiliki banyak teman.
"Orangnya baik. Temannya juga banyak. Suka bercanda dan bicara apa adanya," kata Sri Purwanti, rekan satu gereja yang mengikuti pemakaman di TPU Bonoloyo, Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Selasa ( 15 / 5 / 2018) siang.
Kedekatan Tutik dengan banyak orang ditunjukkan banyaknya jemaat gereja yang ikut mengantar jenazah hingga ke Solo meski jauh jaraknya. Sekitar 50-an jemaat Gereja Pantekosta Pusat Surabaya mencarter bus mengantar jenazah Tutik ke Kota Solo.
"Semua jemaat gereja sangat menyayangi almarhumah. Tadi satu bus berisi 50-an jemaat gereja ikut datang kesini mengantar jenazah Tutik," jelas Sri.
Sri menceritakan saat peristiwa nahas melanda Tutik, dirinya tidak berada di lokasi. Saat itu ia hendak berangkat ke gereja mengikuti misa kedua tetapi tidak diizinkan suaminya.
"Suami saya melarang karena gereja kami dibom," jelas Sri.
Beberapa hari sebelum bom meledak di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Sri sempat berkunjung ke rumah Tutik. Bahkan dirinya sempat santap malam bersama Tutik.
"Tutik bilang hari ini dia mau ke Tulung Agung," kata Sri.
Informasi dari rekan-rekannya, sebelum bom menghantam Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Tutik duduk di teras gereja.